Logo DW

Ada Perempuan Indonesia di Balik Kesuksesan Perusahaan Software Dunia

Irma Kasri.
Irma Kasri.
Sumber :
  • dw

Setelah selesai magang di Frankfurt, sebetulnya Irma ingin melanjutkan kuliah S2, tetapi waktu itu, tahun 2009 terjadi gempa besar di Padang. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, karena tidak berguna pula, kalau berusaha tinggal di Jerman, ketika pikiran terus berada di kampung halaman.

Juga mengadu nasib di Jakarta

Setelah berada di Padang selama sekitar empat bulan, Irma mengadu nasib di Jakarta. Sayangnya, lamaran untuk bekerja di PWC tidak diterima. Tapi dia diterima bekerja di kantor ASEAN, dan kebetulan dalam kerjasama dengan badan Jerman GIZ. Waktu itu Irma sudah terpikir, “Wah, kok gua Jerman lagi, ya?” Dan dia menyelesaikan dua tahun proyek di GIZ.

Setelah itu dia berpikir, kalau ingin sekolah lagi, harus sekarang. “Udah ga bisa belajar soalnya, S2 di atas 27 tahun,” kata Irma sambal tertawa. Jadi Irma melamar program S2. Sebetulnya, ia ingin yang lokasinya di dekat Frankfurt, yang terletak di negara bagian Hessen. Namun demikian, ia diterima di Fachhochschule Worms, di negara bagian Rheinlad Pfalz, untuk jurusan “international business administration.” Jadi Irma bertolak ke Worms tahun 2012.

Setelah melewati semester pertama, Irma langsung berusaha mencari pekerjaan. “Karena kalau ga kerja, saya ga bisa mikir. Karena udah ter‘setup’ kerja empat tahun.” Irma bercerita, semester satu kuliah belum terlalu berat. Tapi di semester dua dia merasa sengsara, karena ada penjurusan. Di satu mata kuliah, harus membuat paper, presentasi dan ujian tertulis. “Udah belajar, tapi ga masuk-masuk.” Irma jadi berpikir, “Apa ini faktor usia?” Untungnya, ada beberapa temannya yang sudah sempat bekerja beberapa tahun sebelum mulai berkuliah lagi, mengalami hal sama. “Ah, saya bukan yang pertama,” kata Irma dengan lega.

Niat menetap di Jerman timbul belakangan

Waktu pergi ke Jerman untuk memulai kuliah S2, sebetulnya Irma belum punya niat dan rencana untuk menetap di Jerman. Dia hanya berencana untuk memperdalam di bidang bisnis, dan mencari “student job” di perusahaan internasional. Tapi ketika itu dia sudah mulai bekerja di SAP, perusahaan Jerman yang membuat perangkat lunak untuk operasi bisnis dan sumber daya perusahaan. Dia merasa perusahaan itu cocok dengan dirinya dari segi budaya perusahaan. Selain itu banyak yang bisa dia pelajari di sana, dan bisa berpindah-pindah organisasi di dalam satu perusahaan.