Teknologi Kloning Suara Jadi Favorit Penjahat Siber
- Istimewa
Para perusahaan teknologi di seluruh dunia nyatanya sudah melakukan hal itu, seperti dilaporkan seorang spesialis kecerdasan buatan dari web berita Venture Beat.
Perusahaan-perusahaan itu bisa memonitor audio untuk memastikan apakah itu palsu, dengan mencermati tanda-tanda seperti pengulangan, kebisingan digital, dan penggunaan frasa atau kata-kata tertentu.
Sejumlah pemerintah dan badan penegak hukum juga mulai memperhatikan masalah itu.
Tahun lalu, badan penegak hukum Uni Eropa, Europol, mendesak negara-negara anggota untuk membuat "investasi secara signifikan" dalam teknologi yang bisa mendeteksi deep fake. Di AS, California telah melarang kloning suara dalam kampanye politik.
Kembali ke Texas, Tim Heller mengaku belum menjual suara kloningannya. Namun, "beberapa klien sudah berminat."
Namun, apakah dia khawatir bahwa dalam jangka panjang dia bisa kehilangan pekerjaan karena suara sintetis dari orang lain?
"Saya tidak khawatir itu bisa membuat saya kehilangan pekerjaan," ujarnya. "Saya sungguh-sungguh merasa selalu akan ada tempat untuk suara manusia sungguhan.
Inti menggunakan `dubbingan` [kloning suaranya] bukan untuk menggantikan saya atau orang lain, namun berguna sebagai alat tambahan dalam bisnis saya."
Rebecca Damon, wakil presiden eksekutif dari serikat aktor AS, The Scree Actors Guild, mengatakan bahwa isu penting lainnya seputar kloning suara adalah artis sulih suara selama dibayar dengan layak.