Teknologi Kloning Suara Jadi Favorit Penjahat Siber
- Istimewa
Dia mengaku baru-baru ini beralih ke kloning suara demi melapangkan masa depan kariernya.
Menurut teknologi itu bisa membuat dia mendapat lebih banyak pekerjaan. Contohnya, bila mendapat dua pesanan dalam waktu yang sama, dia bisa mengirim kloningan suaranya ke salah satu pesanan itu.
"Bila saya dapat pesanan untuk kerjaan lain...saya bisa gunakan `dubbingan saya` [sebuatannya untuk suara hasil kloningan] sebagai opsi yang bisa menghemat waktu para klien dan bisa mendapatkan pasukan pasif bagi diri saya," kata Heller.
Untuk bisa mengkloning suaranya, Heller ke suatu jasa yang berbasis di Bosto bernama VocaliD - yang termasuk salah satu penyedia jasa kloning suara yang mulai tumbuh bertebaran.
VocaliD didirikan oleh mantan CEO-nya, Rupal Patel, yang kini menjadi profesor ilmu komunikasi di Northeastern Universirty.
Patel mendirikan bisnis itu pada 2014 sebagai kepanjangan tangan bisnisnya yang menciptakan suarta buatan bagi pasien yang tidak bisa bicara tanpa adanya asiten, atau mereka yang kehilangan suara usai bedah medis atau karena sakit.
Menurut dia, teknologi itu - yang dipimpin oleh kecerdasan buatan, yaitu pirantu lunak yang bisa "belajar" dan beradaptasi sendiri - telah mengalami kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir. Ini yang menarik perhatian para artis sulih suara.
"Kami juga menspesialisasi pembuatan suara-suara rekayasan yang aksennya lebih beragam," kata Profesor Patel.
"Kami telah membuat suara transpuan, juga suara gender yang netral...teknologi harus berbicara seperti kita semua berbicara, kita semua memiliki aksen dan suara yang unik."