2 Negara Muslim juga Berambisi Main di Luar Angkasa
- Financial Times
VIVA – Eksplorasi luar angkasa kini bukan monopoli Amerika Serikat (AS), Rusia, China, dan Eropa saja. Negara-negara Muslim sudah menunjukkan eksistensinya. Hal ini dibuktikan oleh Uni Emirat Arab (UEA) yang sukses mengirim Hope Probe atau Misbar al-Amal ke Mars pada Februari 2021.
Tak pelak, UEA menjadi negara Muslim pertama yang sukses menginjakkan kaki di Planet Merah. Pengiriman ini juga menjadikan mereka sebagai negara kelima yang mencapai Mars. Empat negara lainnya yaitu AS, Rusia, India, serta Eropa.
Hope dengan tiga instrumen ilmiahnya diharapkan dapat membuat potret lengkap pertama dari atmosfer Mars. Instrumen akan mengumpulkan berbagai titik data di atmosfer serta mengukur perubahan musiman dan harian di planet tetangga Bumi tersebut.
Mengutip dari situs Arabian Business, Selasa, 22 Juni 2021, misi itu saat ini siap untuk mulai mengumpulkan data dari Mars setelah berhasil menyelesaikan latihan dan memastikan instrumen berfungsi dengan baik.
Hope Probe akan mempelajari atmosfer Mars, hubungan antara lapisan atas dan lapisan bawah. Ini juga akan menjadi pertama kalinya para ilmuwan secara global memiliki akses penuh ke pandangan holistik atmosfer Mars pada waktu yang berbeda dalam sehari serta di perbedaan musim.
"Kami dengan bangga melaporkan bahwa Hope Probe berada pada posisi yang sempurna untuk memulai misi sains di Mars selama dua tahun,” kata Manajer Proyek Badan Antariksa Uni Emirat Arab untuk Misi ke Mars, Omran Sharaf.
Selain UEA, negara Muslim kedua yang berambisi ke luar angkasa adalah Turki, di mana mereka siap mengirim robot penjelajah ke Bulan menggunakan mesin roket buatan dalam negeri. Pengalaman pertama penerbangan roket akan didapatkan pada misi uji coba di 2023.
Perintah ini datang dari Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang memerintahkan Kepala Badan Antariksa Turki Serdar Huseyin Yildirim, untuk membahas rincian program luar angkasanya.
Menurut dia, robot penjelajah rencananya akan diluncurkan serta mendarat dengan lembut di Bulan antara 2028 atau 2029. Setelah itu, data ilmiah kemudian dikumpulkan untuk dibawa dan diteliti ke Bumi, seperti dilansir dari situs Live Science.
Roket yang meluncurkan robot penjelajah Turki ke Bulan akan dibangun di dalam negeri menggunakan mesin hibrida yang saat ini sedang dikembangkan. Untuk membantu memastikannya siap untuk diluncurkan, maka prototipe roket akan terbang ke Bulan pada akhir 2023. Bukan itu saja.
Turki juga berencana mengirim warga negaranya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS di tahun-tahun mendatang untuk melakukan eksperimen ilmiah. "Kami mencoba untuk menyelesaikan negosiasi kami dengan berbagai pihak. Dalam beberapa bulan segera selesai dan siap memulai proses pelatihan," jelas Serdar.
Program Luar Angkasa Turki baru saja diterbitkan pada Februari tahun ini, setelah badan antariksanya berdiri pada 2018. Meski mendapat kritik lantaran Turki masih mengalami krisis ekonomi, namun hal ini justru memotivasi para ilmuwan mereka untuk berbakti di negaranya sendiri ketimbang mencari peluang di luar negeri.