5 Merek Ponsel yang Tidur Abadi, LG Tidak Sendirian

Ponsel LG V20 seri terbaru mulai dipasarkan
Sumber :
  • Dokumentasi Istimewa

VIVA – Perusahaan teknologi asal Korea Selatan, LG, baru saja mengumumkan penutupan bisnis smartphone. LG mengaku telah merugi selama enam tahun terakhir dan memutuskan untuk menutup bisnis ponsel pintarnya pada Juli 2021.

Yasonna Jelaskan Pengakuan Megawati Tak Punya Ponsel karena Sering Disadap

Namun, LG bukanlah perusahaan teknologi pertama yang menutup lini smartphone. Berdasarkan data yang diolah VIVA Tekno dari berbagai sumber, Senin, 12 April 2021, berikut 5 merek ponsel pintar yang mengalami tidur abadi.

Ericsson

Eks Bupati Panajem Paser Utara Dipalak Rp300 Ribu Cuma Buat Ngecas HP di Rutan KPK

Photo :
  • Instagram/@inside_ericsson
Lupa Hapus Videonya di HP yang Ditukar Tambah, Adegan Sesama Jenis Pelajar SMA di Lombok Tersebar

Periode 1990-an, Ericsson Mobile Communications dibentuk sebagai usaha patungan antara Ericsson dan General Electric, agar kehadirannya diakui sebagai merek Amerika Serikat (AS). Mereka biasa membeli chipset dari Philips. Tetapi, pada 1999, kebakaran terjadi di pabrik tersebut dan menghentikan produksinya selama beberapa bulan.

Untuk menghindari efek pada produksi, Ericsson mulai mencari pemasok chipset lain, di mana kebanyakan dari Asia yang akan membantu mereka membuat perangkat seluler murah.

Nah, pada saat itu pula tampaknya Ericsson akan menjual habis produk mereka. Tapi kemudian CEO mereka mengatakan bahwa industri seluler akan menjadi industri primer, dan oleh karena itu, mereka harus menjadi bagian darinya. Ericsson lalu bermitra dengan Sony, dan terbentuklah Sony Ericsson.

Sony Ericsson

Photo :

Sony Ericsson adalah perusahaan patungan Sony dan Ericsson yang memulai kemitraannya pada 1 Oktober 2001. Kantor pusatnya ada di London, Inggris. Usaha patungan tersebut menghadapi kerugian di awal, di mana target perolehan keuntungan mereka bergeser dari 2002 ke 2003.

Mereka tidak dapat melawan pesaing utama industri manufaktur telepon seluler dan menduduki posisi kelima di pasar. Masalah utama di balik kerugian ini adalah adanya kesalahan representasi produk mereka di pasar. Masalah kedua adalah perusahaan tidak dapat melayani pasar yang berbeda secara efektif.

Jadi, karena kurangnya informasi maka produk mereka mulai mengalami kerugian dan mereka harus mengeluarkan lini produk mereka dari pasar. Pada 2002, mereka berhenti memproduksi ponsel Code Division Multiple Access (CDMA) untuk pasar AS dan mulai fokus pada GSM sebagai teknologi dominan.

Masalah ketiga adalah berinvestasi tanpa mengetahui bagaimana situasi pasar. Pada 2003, harga ponsel mulai menurun tapi Sony Ericsson tetap membuat ponsel mahal, karena ini mereka tidak dapat memperoleh keuntungan sebanyak yang diharapkan.

Lalu, pada 2008, mereka memiliki 12 ribu karyawan dan terpaksa memangkasnya jadi sekitar 5 ribu orang di departemen riset dan pengembangan. Padahal, departemen ini paling penting untuk organisasi, namun Sony Ericsson menganggap departemen tersebut menghabiskan biaya.

Siemens Mobile mengguncang industri handset global dan menjadi produsen ponsel terbesar keempat di dunia dengan pangsa pasar 7,6 persen dan 13 juta handset dijual pada kuartal III 2004.

Dalam perjuangannya untuk mendapatkan keuntungan, konglomerat industri raksasa Jerman itu ternyata mengalami kerugian hingga 140 juta euro (Rp2,4 triliun) pada kuartal berikutnya di tahun yang sama.

Siemens juga melewati pergeseran tren. Mulai dari 'telepon bisnis' ke pasar konsumen yang jauh lebih besar. Saat itu pesaing mereka, Nokia, fokus pada mode dan minat konsumen serta membuat layanan dan fitur konsumen yang lebih mudah digunakan.

Raksasa teknologi Jerman itu melewatkan tren tersebut dan menemukan bahwa kapasitasnya yang tinggi di industri ponsel jatuh ke dalam kerugian dan kurang dimanfaatkan secara maksimal. Siemens akhirnya menjual unit handsetnya ke BenQ asal China.

Motorola

Photo :
  • Dokumen Motorola

Motorola menikmati keuntungan tak terduga sebagai saingan terbesar Nokia, di mana ketika komunitas operator global memutuskan untuk menghukum Nokia karena mengalami gangguan parah. Nokia kehilangan sepertiga pangsa pasar global dalam periode dua tahun.

Peristiwa ini sangat menguntungkan bagi Motorola dan waktunya juga dianggap ideal dengan peluncuran seri Razr, yang pada saat itu menjadi ponsel berfitur paling seksi di pasaran pada periode 2004-2006.

Seri Razr membuat penjualan handset Motorola yang menurun drastis berubah menjadi pertumbuhan yang kuat selama dua tahun tersebut. Tapi Setelah Nokia berdamai dengan komunitas operator pada 2006, Motorola secara tiba-tiba kehilangan bagiannya.

Pangsa pasar Motorola Razr juga diambil oleh iPhone. Apple menguat di sebagian besar AS dan Eropa, pasar di mana Motorola juga ada di sana. Saat itu Motorola ada di pasar lain, seperti China, Amerika Latin dan Timur Tengah. Tapi, ada seri N Nokia di sana.

Nokia N95, smartphone yang jauh lebih laku dari iPhone, kian menghancurkan pasar Razr. Kesalahan lainnya adalah perusahaan membuat smartphone berbasis Windows. Motorola mendapat kerugian besar dan kemudian ditarik dari pasar.

Mereka mencoba bertahan dengan cara menyusut, seperti menjual unit jaringannya ke Nokia. Tapi Motorola tidak mampu bertahan. Mereka bangkrut, dipecah, dan unit handsetnya dijual ke Google.

Sagem

Photo :
  • itechnews.net

Sagem merupakan merek ponsel yang dibuat oleh perusahaan Sagem Wireless yang berasal dari Prancis. Pada 2001, Sagem MC 3000 dan MW3020 menjadi ponsel perusahaan yang paling populer pada saat itu.

Tapi perusahaan tersebut akhirnya bangkrut dan dibeli serta diganti namanya menjadi MobiWire SAS pada 2011. MobiWire adalah produsen label putih. Mereka memproduksi ponsel untuk beberapa merek, cara yang sama yang digunakan HTC untuk memproduksi ponsel dan kemudian diberi merek lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya