Melihat Masa Depan Singapura dari Lantai 31
- Phys.org
VIVA – Singapura merupakan negara kota yang mengimpor hampir semua bahan pangan. Meski impor, tapi tetangga Indonesia tersebut ingin memenuhi sendiri 30 persen kebutuhan pangannya hingga 2030, dengan mendorong warganya untuk menanam sendiri buah dan sayuran di atap dan balkon.
Pemerintah Singapura bercita-cita menjadi negara kota berteknologi canggih yang penuh petak perkebunan. Salah satu warga yang mengikuti arahan pemerintah Singapura adalah Maya Hari.
Ketika ditemui, ia sedang menanam buah melon, kembang kol, cabai, terong, dan pisang di teras apartemennya di lantai 31. Di sini, orang-orang bisa melihat bagaimana Singapura di masa depan.
Maya Hari yang punya hobi bercocoktanam itu melontarkan pendapatnya tentang apa yang diperlukan agar program ambisius pemerintahnya berhasil. "Semua orang harus berusaha merangkul lebih banyak teknologi dan metode modern pengembangan tanaman," kata dia, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Minggu, 7 Maret 2021.
Ditambah dengan upaya menggerakkan seluruh negara dan warga untuk menanam lebih banyak lagi. "Menanam di balkon saja tidak akan mendatangkan hasil maksimal. Tapi itu jadi awalnya," ungkap Maya Hari.
Beralih ke pertanian
Singapura menjadi negara pertanian? Itu susah untuk dibayangkan. Selama beberapa dekade, negara itu jadi pusat keuangan dan ekonomi, dan memiliki semakin banyak pencakar langit.
Walaupun banyak penghijauan, pertanian tampak seperti sesuatu dari masa lalu. Tapi sekarang Singapura ingin mengurangi ketergantungan pasokan pangannya pada negara asing.
Lahan di Singapura tidak luas. Jadi atap akan diubah menjadi lahan penanaman sayuran dan hasil kebun yang bisa dijual. Strategi baru itu sudah mulai membuahkan hasil.
Bukan di rumah saja
Atap sebuah mal perbelanjaan yang populer juga jadi lahan pertanian. Ketika Bjorn Low berhenti berkarir di bidang periklanan pada 2015, dan mulai menanam pepaya, rosemari dan markisa, ia ditertawakan banyak orang. Sekarang, ia jadi pakar yang selalu dimintai pendapat.
Pengusaha itu kini menciptakan 200 kebun di atap bangunan di seluruh kota. Ia juga bereksperimen dengan teknologi baru, yang ditempatkan di kontainer kapal laut. Kale tidak tumbuh di iklim tropis. Tapi di sini, kale tumbuh jika ditempatkan di cairan nutrisi, dan di bawah cahaya LED, yang menggantikan sinar Matahari.
Budidaya tanaman vertikal dalam beberapa tingkat, dianggap tren yang menjanjikan, yang bisa bersaing melawan produk dari negara lain seperti negara tetangga Malaysia, yang menanam pangan dengan lebih murah. Low mengatakan, keberhasilan itu bisa dicapai karena sayuran yang ia tanam diperkaya lebih banyak nutrisi.
"Jadi ini juga menawarkan keuntungan bagi kesehatan konsumen. Ini jadi alasan mengapa harganya lebih mahal 20 sen Singapura daripada sayuran lain. Jadi itu bisa jadi hal menguntungkan dalam persaingan ini," papar Low.
Hanya satu persen areal lahan Singapura bisa diperhitungkan untuk pertanian tradisional dengan penanaman di tanah. Oleh sebab itu, pertanian vertikal di lahan bertingkat bermunculan di mana-mana, dan itu didukung pemerintah.
Budidaya ikan
Ikan juga akan dikembangbiakkan di sebuah gedung delapan tingkat. Perusahaan Apollo Marine yang mengembangkan konsepnya. Sejauh ini, perusahaan mengembangbiakkan 300 ton ikan per tahun di lahan budidaya ikan di seberang jalan. Sekarang, negara juga ikut menanamkan modal di perusahaan itu.
Di masa depan, hampir 10 kali lipat ikan jenis Trout tropis akan dibesarkan di kolam-kolam milik perusahaan itu. Apollo Marine mengatakan, budidaya ikan akan dilakukan secara ekologis berkelanjutan.
Artinya, 90 persen air bisa digunakan. Lagi pula, selama lockdown, ketika ikan segar tidak bisa diimpor, Apollo bisa memikat sejumlah besar warga Singapura sebagai konsumen baru.
"Sebenarnya, jika kita mengembangbiakkan ikan seperti biasa, di sepanjang pantai, ikan sangat terancam polusi, hujan, plastik mikro, tumpahan minyak serta kontaminasi lain. Jika dikembangbiakkan di dalam sistem seperti yang kita miliki sekarang maka kontaminasi dan polusi bisa dihindari," kata Manajer Operasi Apollo Marine, Crono Lee.
Kembali ke balkon milik Maya Hari, kini arbei sudah berbuah, walaupun bukan benar-benar tanaman tropis. Sebaliknya, banyak buah dan sayuran kerap tidak bisa dikembangbiakkan oleh para penggemar berkebun di Singapura. Negara berteknologi canggih itu sedang berusaha melihat seberapa baik bakat berkebun warganya.