Pasangan Ilmuwan Suami Istri Sukses Ciptakan Vaksin Corona Pertama
- dw
Sahin dan Türeci mengetahui, para pasien kanker tidak ada yang mengalami mutasi genetika sel kanker yang persis sama atau identik. Karena itu pasien kanker tidak bisa diterapi dengan tindakan operasi, chemoteraphy atau radiasi yang seragam dan baku. Ini artinya setiap pasien memerlukan terapi yang spesial dirancang buat tiap personal.
Kedua pakar kedokteran itu juga mengetahui, tubuh manusia kebanyakan bisa menolong diri sendiri saat diserang virus atau bakteri. Sasaran Sahin dan Türeci adalah, mengembangkan terapi imunisasi yang merangsang mekanisme penyembuhan diri sendiri dan melepas “polisi“ dari sistem kekebalan tubuh, untuk memerangi dan membasmi sel tumor jahat.
Riset sebagai jalan hidup
“Saya menyadari sejak dini, tertarik pada ilmu pengetahuan dan teknologi“, ujar Sahin saat menerima penghargaan Mustafa 2019. Dilahirkan di Turki 54 tahun silam, Ugur Sahin dibawa orangtuanya bermigrasi ke Jerman pada usia 4 tahun. Ayahnya bekerja di pabrik mobil Ford di Koeln.
Dia kuliah jurusan kedokteran di Unversitas Koeln. “Saya tertarik pada terapi sistem imunitas“, ujarnya. Pada usia 20 tahun Sahin mulai melakukan riset dan bekerja di laboratorium. “Saat teman kuliah pulang ke rumah setelah usai perkuliahan pukul 16, saya biasanya langsung menuju laboratorium dan bekerja di sana. Biasanya sampai jam 21 atau 22, tapi kadang bisa sampai jam 4 pagi“, ujar Sahin mengenang.
Tahun 1992 Sahin lulus program Doktoral dengan penghargaan "Summa cum laude". Ia kemudian bekerja sebagai dokter ahli penyakit dalam dan hematologi/onkologi di Rumah Sakit Universitas Koeln. Ia kemudian pindah ke rumah sakit Universitas Saarland, di mana ia bertemu dengan Türeci yang jadi istrinya hingga sekarang.