Hati-hati, Ada 'Goyangan' Sebelum Terjadi Gempa Bumi Dahsyat
Pengukuran ini didukung jejaring stasiun terestrial yang amat padat di Jepang. Bedford dan rekan tim penelitinya menganalisa, bagaimana stasiun terestrial di Jepang dan Chile bergerak dalam kurun waktu lima tahun sebelum diguncang gempa dahsyat itu.
Mereka mencatat, pergerakan lempeng tektonik di mana stasiun berlokasi, bergerak maju dan mundur beberapa kali, di Jepang dalam waktu lima bulan sebelum gempa dan di Chile dalam kurun waktu tujuh bulan sebelum gempa. Para peneliti mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal ilmiah Nature.
Kedua lokasi pertemuan lempeng tektonik adalah zona subduksi, dimana satu lempeng menyusup di bawah lempeng lainnya. Dalam kedua penelitian, diketahui lempeng samudra menyusup ke bawah lempeng benua di kawasan palung laut.
Dalam kondisi normal, lempeng benua biasanya ditekan oleh lempeng samudra dan dengan begitu ditekan menjauhi palung. Akan tetapi para pakar geofisika kini menemukan gerakan itu mula-mula berbalik arah, mendekati palung lalu kemudian menjauh lagi. Demikian berulang kali, sehingga seperti “goyangan“ lempeng tektonik.
Gerakan serupa sepanjang ribuan kilometer
Amplitudo gerakan itu, menurut para peneliti tidak besar, hanya sekitar 4 hingga 8 milimeter. Namun Bedford merujuk, bahwa amplitudo ini relevan, mengingat pergerakan lempeng tektonik juga hanya beberapa sentimeter per tahunnya. Lebih jauh lagi, kontraksi ruang dari sinyal menyebar ribuan kilometer di sepanjang perbatasan lempeng.
“Ada asumsi umum bawah proses di bagian terdalam subduksi berlangsung dalam kecepatan konstan di antara gempa bumi hebat“, ujar ilmuwan dari GFZ itu menjelaskan. “Namun penelitian kami menunjukkan, bahwa asumsi ini merupakan penyederhanaan berlebihan. Faktanya, variabilitas bisa saja menjadi faktor kunci untuk memahami bagaimana terjadinya gempa paling dahsyat“, tambah Bedford.
Dengan pelacakan satelit global yang makin bagus, dan data akurat yang tersedia setelah beberapa dekade, para peneliti gempa bumi punya kemampuan lebih bagus lagi untuk melakukan observasi. “Dalam tahapan berikutnya, kami mungkin bisa memonitor perubahan dalam waktu hampir real time“, ujar pakar geofisika Bedford menambahkan.