Kecerdasan Buatan Dikerahkan Periksa Paru-paru Pasien COVID-19
Dr Christopher Longhurst mengatakan rumah sakitnya, Universitas Kesehatan California San Diego (UCSD), sedang menguji coba perangkat lunak yang dirancang untuk menemukan pneumonia pada hasil rontgen dada.
"Sangat penting bagi kami untuk secara ketat menganalisis hasil dan data," katanya.
Algoritma yang menginterpretasikan citra X-ray dapat digunakan oleh dokter dalam berbagai cara. Hasil itu bisa berpengaruh pada keputusan dokter tentang apa yang harus mereka lakukan pada pasien.
Namun, perlu dicatat American College of Radiology telah merekomendasikan petugas kesehatan tidak mengandalkan hasil pemindaian dada untuk mendiagnosis COVID-19.
Namun, algoritma bisa tetap berperan. Di UCSD, alat yang dirujuk oleh Dr Longhurst memberi peringatan dini terkait adanya kasus pneumonia awal pada pasien yang menjalani rontgen dada.
Pasien itu kemudian diuji untuk COVID-19 dan hasilnya kembali positif.
Luke Oaken-Rayner, ahli radiologi dan kandidat PhD di University of Adelaide, mengatakan masih ada masalah dalam menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu membuat keputusan tentang bagaimana cara merawat pasien positif Virus Corona.
Ia menjelaskan lebih lanjut, hingga kini belum ada cara yang diterima secara universal terkait cara menangani kasus yang parah, seperti paru-paru yang terpapar COVID-19.