Heboh Disertasi Kontroversial, Gimana Kalau Seks di Luar Angkasa

Ilustrasi-aktivitas astronot di luar angkasa
Sumber :
  • www.washingtonpost.com

VIVA – Kamu masih membahas heboh disertasi mahasiswa doktoral Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tentang seks di luar nikah ya?. 

Sidang Lanjutan Korupsi Timah, Ahli Kritik Cara Penghitungan Kerugian Lingkungan

Memang kontroversial kan. Penulis disertasi, Abdul Aziz berpendapat hubungan seks di luar nikah diperbolehkan secara agama. Aziz mendasarkan pada konsep milk al yamin dari intelektual muslim Suriah, Muhammad Syahrur.

Bicara soal seks yang anti mainstrem, bertahun-tahun lalu sudah menjadi perbincangan juga lho, bagaimana seks di luar angkasa. Benefitnya bagaimana sih, kan itu di lingkungan yang berbeda dengan di Bumi. 

Menteri Lingkungan Hidup: Setop TPA Pakai Sistem Open Dumping

Dikutip dari laman Guesehat, Rabu 4 September 2019, seks di luar angkasa bisa-bisa saja sih, tapi dengan lingkungan tanpa gravitasi, ngeseks di luar Bumi ini bakal menemui berbagai kesulitan dan risiko lho. Nggak percaya? nih ulasannya. 

Sulit dilakukan

BSILHK Ajak Ratusan Siswa Belajar tentang Industri Susu, Lingkungan, dan Konservasi Air

Kalau ngeseks tanpa lingkungan gravitasi bagaimana coba. Kebayang nggak sih saat sejoli kontak fisik tanpa gravitasi. Para ahli berpendapat bakalan susah. Seks yang sempurna perlu gravitasi untuk keselarasan gerakan pasangan.

Alat seks berteknologi tinggi

Lantas, bagaimana kalao astronot suatu saat enggak tahan mau berhubungan seks di luar angkasa tuh? Para ahli mengatakan, kalau maksa sih butuh tuh alat berteknologi tinggi yang bisa mencegah astronot melayang dan menjauh satu sama lainnya. Alat seks ini serupa dengan alat gym gitu lho.

Alat seks ini memastikan pasangan pria dan wanita bisa menempel dengan lantai dan kontak fisik bisa berjalan dengan mulus.

Gairah seks dan ereksi

Berhubungan seks di luar angkasa bukan cuma melihatkan tantangan kontak fisik saja lho. Sistem kerja bagian dalam tubuh orang yang ngeseks di luar angkasa juga punya risiko tinggi. 

Biasanya kan kalau di daratan Bumi nih, peredaran darah mengalir ke bawah, nah di luar Bumi ini peredaran darah akan tersebar dalam jumlah yang sama ke seluruh tubuh. 

Jantung yang biasanya bekerja keras memompa darah ke seluruh tubuh akan berkurang kerjanya lho, dan akan menyusut. 

Padahal, salah satu faktor wanita dan pria terangsang adalah banyaknya aliran darah ke daerah genital. Apalagi sebuah penelitian menunjukkan, astronot pria bakal mengalami penurunan kadar testosteron, ereksi jadi sulit gairah seks juga sama susah. Gimana tuh kalau begitu?

Bisa hamil tidak?

Para ahli tegas menjawabnya ada kemungkinannya sebab fertilisasi tak perlu gravitasi. Penelitian oleh Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan, sperma tikus yang disimpan di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama 9 bulan dan dibawa kembali ke bumi untuk dikawinkan dengan sel telur bisa menghasilkan keturunan normal. 

Tapi hamil di luar angkasa punya risiko radiasi yang tinggi dan bisa-bisa itu janin rusak lho. Lingkungan gravitasi bisa menghambat perkembangan struktur tulang bayi, kesehatan sang calon ibu juga terancam karena kurangnya gravitasi, yakni bisa mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan luar rahim. 

Cegah hamil gimana?

Para ahli menyarankan, konsumsi kontrasepsi reversibel terlebih dahulu, supaya cegah kehamilan. Kontrasepsi reversibel sifatnya bisa dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan wanita. 

Penelitian Universitas King’s College London di Inggris dan Baylor College di Amerika Serikat menunjukkan, kontrasepsi reversibel adalah solusi terbaik untuk berhubungan seks di luar angkasa. Selain itu, kontrasepsi reversibel juga bisa menahan siklus menstruasi yang bakalan ribet untuk ditangani saat berada di luar angkasa.

Gitu sih berbagai risiko dan tantangan seks di luar angkasa. Bagaimana menurutmu?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya