Sisi Spiritual Astronaut, dari Akui Tuhan sampai Cari Kapal Nabi Nuh

Astronot Malaysia, Sheikh Muszaphar Sukhor
Sumber :
  • Pinterest

VIVA – Dunia astronomi sedang merayakan 50 tahun misi pendaratan astronaut ke Bulan. Banyak hal yang dijalani oleh para astronaut saat menjalankan misi di luar angkasa. Salah satu yang menarik menjadi perbincangan adalah rasa takjub dan rasa kecil astronaut di alam semesta.

Mengenal Ki Braja, Praktisi Supranatural yang Dipercaya hingga Kalangan Artis

Rasa takjub itu terwujud dalam berbagai komentar para astronaut yang menjalankan misi antariksa. Malah karena merasa saking kecilnya di alam semesta, astronaut menyampaikan sisi spiritualnya. 

Profesor Fisika dan Astronomi American University of Sharjah, Uni Emirat Arab, Nidhal Guessoum dalam tulisannya di laman Arabnews menemukan, rasa takjub dengan pengalaman misi antariksa beberapa astronaut menjadi religius, mengakui kebesaran Tuhan.

Baju Astronot ke Bulan Kece Abis

Guessoum menunjukkan perilaku dari astronaut Amerika pertama yang mengorbit di Bumi, John Glenn. Ternyata Glenn berdoa tiap hari dalam misinya. 

"Untuk merenungi penciptaan ini dan tak memercayai adanya Tuhan bagi saya adalah tidak mungkin. Pengalaman ini menguatkan keyakinan saya," ujar Glenn kepada reporter dalam sebuah kesempatan pada 1998. 

Astronot Bisa Cari Makan dari Asteroid

Astronaut lain yang menjalankan misi Apollo 8 pada 1968, yakni William Anders, Jim Lovell dan Frank Borman sampai mengutip ayat pertama dalam kitab suci Injil. Saking mereka begitu takjub dalam misi bersejarah mereka. Misi Apollo 8 yang merupakan misi mengitari Bulan tanpa pendaratan itu kebetulan berjalan pada malam Natal, 24 Desember 1968.

Sisi spiritual juga menyertai misi bersejarah Apollo 11 yang mendaratkan astronaut pertama kali di Bulan. Dalam misi, ada momen spiritual sebelum Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menginjakkan kaki mereka dan berjalan di satelit alami Bumi ini. Ternyata, Aldrin menyertai ritual setelah menyampaikan kata-kata bersejarahnya. 

"Saya meminta tiap orang mendengarkan dan mengheningkan diri, di mana pun semua berada, untuk berhenti sejenak dan merenungkan peristiwa beberapa jam terakhir (pendaratan ke permukaan Bulan)" ujar Aldrin. Setelah menyampaikan pernyataan tersebut, Aldrin mengeluarkan salibnya dan berdoa. 

Sisi spiritual Aldrin itu diakui dalam bukunya, 'Magnificent Desolation' yang diterbitkan pada 2009. Dalam buku tersebut, dia mengakui pada momen itu dia mengingat Tuhan sebagai rasa syukur. 

"Mungkin, jika saya harus mengulanginya lagi, saya tidak akan memilih merayakan komuni. Walau itu adalah pengalaman yang sangat berarti bagi saya, dan itu adalah sakramen Kristen. Dan kami datang ke Bulan atas nama semua umat manusia, baik itu orang Kristen, Yahudi, Muslim, animisme, agnostik atau ateis. Tapi pada saat itu saya tak bisa memikirkan cara yang lebih baik untuk mengakui luar biasanya pengalaman Apollo 11 selain bersyukur kepada Tuhan," tulis Aldrin dalam buku tersebut. 

Guessoum menuliskan, pengalaman spiritual dirasakan astronaut lainnya dalam misi Apollo 14, Edgar Mitchell. Astronaut misi Apollo 14 ini mengatakan pengalamannya dalam misi antariksa itu sebagai euforia interkoneksi. "Sesuatu yang terjadi padamu di luar sana," ujarnya. 

Awak misi Apollo 15, Jim Irwin yang bukan seorang Protestan taat, merasakan terberkati atau tersentuh dengan rahmat dalam menjalankan misi luar Bumi. Setelah dia mendarat di Bumi, Guessoum menuliskan, entah kenapa Irwin kemudian tergerak mendirikan gerakan evangelis dan memulai pencarian Kapal Nabi Nuh.

Salat dan baca Alquran

Masih ada lagi pengalaman astronaut dalam menjalankan misinya. Antariksawan misi Apollo 17, Gene Cernan yang penganut Katolik meyakini Tuhanlah yang menghadirkan keindahan dan kesempurnaan alam semesta. 

"Ada terlalu banyak tujuan, terlalu banyak logika. Itu terlalu indah untuk terjadi secara kebetulan. Pasti ada sesuatu yang lebih besar dari kamu, dan lebih besar dari saya. Dan yang saya maksudkan ini adalah sesuatu yang secara spiritual, bukan religius," ujarnya. 

Astronaut lain yang mengaku cenderung ateis, Tim Peake menyampaikan rasa spiritualnya dalam misi di Stasiun Antariksa Internasional selama 186 hari pada 2016. 

"Meski saya bukan seorang yang religius, tapi tak lantas saya tak serius mempertimbangkan bahwa alam semesta dapat diciptakan dari rancangan yang intelijen. Melihat betapa megahnya Bumi dari antariksa dan melihat kosmos dari tempat yang berbeda, perspektif ini akan membantu kamu untuk berhubungan dengan rancangan cerdas itu," ujar antariksawan asal Inggris itu. 

Astronaut dari kalangan Muslim tak ketinggalan menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah atas pengalaman di luar angkasa. Antariksawan sekaligus Pengeran Arab Saudi, Sultan bin Saman mengorbit Bumi melalui wahana ulang alik Discovery pada Juni 1985, dalam rangka peluncuran satelit Arabsat-1B. 

Selama menjalankan misi tersebut, Pangeran Saudi itu memotret Bulan dari luar angkasa. Dalam misi ini dia menunaikan salat dan membaca Alquran. 

Ritual keagamaan juga dilakukan antariksawan asal Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor di Stasiun Antariksa Rusia dengan wahana Soyuz pada Oktober 2007. Sebelum terbang dalam misi tersebut,Badan Antariksa Malaysia dan Departemen Pengembangan Islam badan tersebut sampai menggelar konferensi dua kali pada April 2006. Konferensi ini membahas bagaimana Islam dan kehidupan luar angkasa. Konferensi membahas waktu dan arah salat, diet, puasa sampai proses pemakaman jika terjadi kematian dalam misi tersebut. Belakangan saat terbang di antariksa, Sheikh Muszaphar tetap tak meninggalkan kewajiban salat.

Menurut Guessoum, dia tak kaget dengan respons spiritual dan religiositas para astronaut dalam misi antariksa. Sebab respons itu merupakan bentuk syukur dengan ragam ekspresinya. 

"Tak mengherankan astronaut yang taat (keyakinannya) akan mengekspresikan keberagaman religiositasnya di antariksa, terutama pada momen yang luar biasa tersebut. Apa yang lebih luar biasa adalah banyak yang memiliki pengalaman spiritual dari kekaguman kosmik yang mereka nikmati di luar angkasa. Memang antariksa membuat kita merasa kecil namun signifikan dan menghubungkan kita dengan sang Ilahi," tulis Guessoum.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya