Hanya 1 dari 10 Orang Paham Cara Kerja Uang Kripto

Bursa kripto.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Sebagai tren yang benar-benar baru dalam dunia keuangan, mata uang kripto menjadi perbincangan sejumlah kalangan belakangan ini. Akan tetapi, pemahaman tentang mata uang digital masih belum menjangkau publik dalam skala luas.

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

Survei terbaru Kaspersky menemukan bahwa kurangnya pemahaman dan kepercayaan menghambat konsumen untuk menggunakan mata uang kripto (cryptocurrency). 

Dalam keterangan pers, Selasa, 9 Juli 2019, laporan Kaspersky, Uncharted territory: why consumers are still wary about adopting cryptocurrency’, mengungkap bahwa sebanyak 29 persen orang memiliki pengetahuan tentang mata uang kripto dan terdapat banyak permintaan untuk menggunakan teknologi tersebut, namun hanya sepuluh persen yang memahami cara kerja sepenuhnya. 

Egi-Syaiful Siap Latih dan Damping Pedagang Lampung Selatan Adaptasi dengan Teknologi

Tingkat pengadopsian mata uang kripto oleh konsumen global sekarang sedang mengalami perlambatan, meskipun selebriti seperti Johnny Depp dan influencer YouTube seperti PewDiePie merangkul teknologi tersebut. 

Banyak konsumen masih kurang memiliki pemahaman yang tepat tentang bagaimana mata uang kripto bekerja dan berakibat adopsi arus utama (mainstream) ini semakin tersendat. 

SPBU di Sleman Diduga Manipulasi Pompa, Mendag: Kerugian Masyarakat Rp 1,4 Miliar Per Tahun

Sampai saat ini, empat dari lima orang (81 persen) tidak pernah membeli criptocurrency, seiring dengan kami melakukan observasi seberapa jauh mata uang tersebut diterima sebagai bentuk pembayaran atau investasi yang umum.

Bitcoin dan mata uang kripto lainnya dibangun di atas teknologi bernama Blockchain.

Survei Kaspersky menemukan bahwa terdapat keinginan di antara banyak konsumen untuk menggunakan mata uang kripto, tetapi kesenjangan pengetahuan menghalangi mereka dalam mengambil risiko

Selain itu, banyak orang berpikir mereka sudah tahu dengan apa yang mereka hadapi, kemudian selanjutnya memutuskan untuk tidak menggunakan mata uang kripto. Hampir seperlima (18 persen) berhenti menggunakannya karena terlalu rumit secara teknis.

Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan akan kemampuan mata uang kripto dalam menjaga uang konsumen tetap aman. Sebagai contoh, hampir sepertiga (31 persen) responden mempercayai mata uang kripto cukup fluktuatif dan mereka membutuhkan kestabilan sebelum siap untuk menggunakannya.

Ada juga persepsi umum di antara konsumen yang mengatakan bahwa mata uang kripto tidak akan bertahan selamanya. Sepertiga (35 persen) percaya bahwa mata uang kripto adalah tren yang tidak cukup menarik untuk dipertimbangkan.

Ilustrasi cryptocurrency.

Sementara besarnya minat mata uang kripto mungkin sudah memuncak, masih ada permintaan untuk menggunakan teknologi tersebut. Hampir setiap keenam (14 persen) dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka belum menggunakan mata uang kripto saat ini, namun ingin menggunakannya di masa depan. 

Tetapi masih ada keraguan di antara konsumen yang sering disebabkan oleh ketakutan bahwa ada risiko nyata terhadap keuangan mereka. Mereka khawatir pelaku kejahatan siber dapat menggunakan mata uang kripto untuk keuntungan pribadi, dengan sekitar satu dari lima (19 persen) dari responden yang disurvei mengatakan mereka telah mengalami serangan peretasan di bursa. 

Pelaku kejahatan siber juga menciptakan dompet elektronik palsu untuk menarik orang menginvestasikan uang mereka secara gegabah, dan sebanyak 15 persen konsumen telah menjadi korban penipuan mata uang kripto. (ann)

Wamenkomdigi Nezar Patria.

5 Teknologi Global yang Harus Diadopsi di Indonesia

Wamenkomdigi Nezar Patria mengatakan adopsi lima teknologi global dapat mendukung transformasi digital yang tengah dijalani Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024