Sigfox, Perusahaan IoT Asal Prancis Resmi Beroperasi di Indonesia
VIVA – Pengelola jaringan Internet of Things (IoT) terbesar di dunia yang berbasis di Prancis, Sigfox, mengumumkan operasinya di Indonesia di bawah nama PT Kirana Solusi Utama. Sigfox Indonesia sendiri mengklaim sebagai perusahaan IoT low power wide area (LPWA) atau listrik berdaya rendah.Â
Kepala Eksekutif Sigfox Indonesia, Irfan Setiaputra, dalam penjelasannya mengatakan, IoT sudah mulai populer di Tanah Air, namun semuanya masih berbasis seluler. Artinya, mereka merupakan perusahaan berbasis non-seluler pertama di Indonesia.Â
"Umumnya permasalahan penerapan IoT di Indonesia terkait empat hal, standardisasi, interopabilitas, jangkauan terbatas dan struktur biaya yang tidak skalabel. Kami sebagai jaringan IoT independen terbesar di dunia, melihat kendala tersebut dapat dimitigasi dengan solusi yang disesuaikan," katanya di Luwah Coffee, Jakarta Selatan, Kamis, 16 Mei 2019.
Diketahui, IoT merupakan ekosistem antara ABCD. A adalah aplikasi, B - back end, C - connectivity dan D - device. Sedangkan Sigfox posisinya ada di C, kemudian kerja sama dengan D, lalu dengan A dan memiliki B di sistem agar ekosistem dapat berjalan.Â
Setiap tahunnya perusahaan induk selalu membuka jaringan baru di setiap negara, dan tahun ini Indonesia menjadi negara ke 60 yang mereka sambangi. Layanan Sigfox sendiri banyak digunakan untuk solusi asset tracking, logistik dan utility.Â
"Sangat banyak solusi yang dibutuhkan di sini, khususnya implementasi di pertanian, perkebunan, sampai parsel. Yang membedakan adalah, kami memungkinkan untuk logistik antarnegara," kata Country Director Sigfox Indonesia, Ali Fahmi.Â
Luasnya wilayah Indonesia masih menimbulkan beberapa tantangan, seperti keterbatasan jaringan dan sumber listrik. Konsep listrik berdaya rendah tidak membutuhkan daya listrik besar dan tidak butuh bandwith besar, karena data akan dikirimkan secara berkala.Â
IoT merupakan komunikasi yang dilakukan antara mesin dengan mesin. Indonesia sendiri memiliki target di 2022, di mana ada 400 miliar perangkat IoT dengan nilai Rp444 triliun. Harapannya agar lebih efisien, mengurangi tingkat kebocoran data, meningkatkan produktivitas dan menuju peradaban yang lebih baik. (ase)