Pendiri Perusahaan Pembobol WhatsApp Eks Didikan Tentara Siber Israel

Gedung NSO Group di Tel Aviv, Israel.
Sumber :
  • Times of Israel

VIVA – Nama NSO Group tiba-tiba mengemuka. Perusahaan teknologi berbasis di Tel Aviv, Israel, ini menjadi bulan-bulanan karena dituding melakukan peretasan terhadap aplikasi pesan instan WhatsApp melalui perangkat mata-mata atau spyware bernama Pegasus.

Istana Sebut Pelapor ke Layanan "Lapor Mas Wapres" via WhatsApp Banyak yang Iseng

Tidak hanya WhatsApp, Pegasus bisa menyerang perangkat canggih seperti iPhone. Caranya sederhana. Cukup berikan nomor ponsel aktif saja maka dalam hitungan menit, semua isi smartphone langsung 'telanjang'. Mulai dari WhatsApp, iMessage, Gmail, Yahoo, Viber, Facebook, Telegram hingga Skype.

Bukan itu saja. NSO juga bisa mengakses mikrofon dan kamera di iPhone. Ini sebagai peringatan bahwa perangkat lunak atau software peretasan telepon jarak jauh dengan mudah mengakses komunikasi dan data lain dari target.

WhatsApp akan Hadirkan Fitur Baru untuk Lacak Asal Foto

Mengutip situs Times of Israel, Rabu, 15 Mei 2019, NSO Group didirikan pada 2010 oleh Shalev Hulio dan Omri Lavie. Kantor pusatnya berlokasi di Herzliya, pinggiran Tel Aviv. NSO Group memiliki karyawan yang jumlahnya mencapai 600 orang, baik yang bekerja di Israel maupun perwakilan perusahaan di seluruh dunia.

Sekitar 250 dari 600 orang bekerja dalam penelitian dan pengembangan, termasuk menciptakan eksploitasi di rumah untuk masuk ke ponsel.

Fitur Baru WhatsApp bikin Kamu Enggak bakal Ketinggalan Informasi Penting

Logo Unit 8200 Israel.

Logo Unit 8200 Israel.

Menurut informasi, kedua pendiri NSO Group itu diyakini sebagai alumni Unit 8200 Israel yang dibentuk pada 1952 di bawah Israel Defence Forces atau Pasukan Pertahanan Israel. Unit ini biasa disebut tentara siber (cyberwarriors) yang konon lebih hebat dari United States Cyber Command (US CYBERCOM).

Hingga kini, Hulio dan Lavie, belum pernah diwawancara apalagi bertemu khalayak media. Tidak hanya itu saja, karyawannya pun cenderung menutup diri ketika ditanya profil perusahaannya.

Setitik cahaya mulai terlihat. Salah satu pendiri NSO Group, Omri Lavie, mempublikasi dirinya di situs LinkedIn. Di situs itu, ia mengaku berlokasi di Washington DC, Amerika Serikat, dan bekerja di WestBridge Technologies, situs web yang ia dirikan pada 2013, sebagai perpanjangan tangan NSO di negeri Paman Sam.

Namun ketika dibuka, situs ini tidak berfungsi dan hanya muncul domain westbridge.us. Kemudian, Lavie dan rekannya bernama Avi Rosen mendirikan Kaymera, perusahaan yang dirancang untuk memecahkan permasalahan dan jaringan telepon super aman bagi pejabat pemerintah.

Rosen adalah mantan kepala Kelompok Layanan Ancaman Daring RSA Online, perusahaan anti-fraud. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa kantor Kaymera satu gedung dengan NSO Group.

Di luar Israel, pelanggan NSO telah membeli produk yang mampu membidik target sekitar 350 hingga 500 perangkat (15 hingga 30 spyware per pelanggan). Untuk setiap penjualan potensial, NSO harus mendapatkan izin resmi berupa lisensi ekspor dari Kementerian Pertahanan Israel.

Ilustrasi hacker.

Ilustrasi hacker.

Dikutip dari The Guardian, mereka juga mengaku hanya memasok teknologi untuk badan intelijen dan penegak hukum untuk memerangi terorisme dan kejahatan terorganisir.

"Teknologi kami punya lisensi untuk dipakai oleh lembaga pemerintah yang berwenang dengan tujuan memerangi kejahatan. Kami tidak mengoperasikan sistem, dan setelah proses perizinan dan pemeriksaan yang ketat, intelijen dan penegakan hukum yang menentukan langkah selanjutnya," demikian keterangan resmi NSO Group.

Selain itu, NSO Group juga menegaskan tidak akan terlibat dalam pengoperasian atau identifikasi target teknologinya, yang semata-mata dioperasikan oleh badan intelijen dan penegak hukum negara lain.

"Sekali lagi, kami tidak bisa dan tidak akan memakai teknologi sendiri untuk menargetkan individu maupun organisasi manapun," ungkap NSO Group. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya