Layangan Api Palestina Vs Iron Dome Israel, Siapa Pemenangnya?
- CPGB-ML
VIVA – Israel dan Palestina kembali bersitegang. Pangkal masalah ditengarai dari aksi massa pada Jumat, 3 Mei 2019, ketika seorang pria Palestina melukai dua tentara Yahudi yang sedang bertugas di tembok perbatasan.
Alhasil, insiden ini memantik kemarahan Israel yang lalu meluncurkan serangan udara membabi-buta. Meski dari sisi teknologi sangat tidak berimbang, alias bagai David melawan Goliath, bukan berarti Palestina mati akal dalam menciptakan 'senjata siluman' yang bikin repot Israel.
Pejuang Palestina memanfaatkan teknologi seadanya yang kemudian berhasil menciptakan layangan api. Berbeda dengan Israel yang menyiapkan persenjataan khusus yang dilengkapi teknologi terkini seperti Iron Dome.
Berdasarkan data yang dikelola VIVA, Israel gusar dengan keberadaan layangan api. Senjata baru yang oleh Israel diberi nama drone atau pesawat nirawak ini terbukti efektif merusak lahan pertanian dan cagar alam yang merugikan ekonomi negeri Yahudi tersebut.
Senjata andalan warga Palestina ini diuntungkan dengan cuaca panas dan angin kencang yang pada akhirnya jatuh dan membakar lahan pertanian Israel. Tak pelak, ancaman gagal panen tidak terelakkan.
Meski berteknologi rendah, tapi layangan api dan balon terbang berisi helium dari Jalur Gaza berhasil memaksa tentara Israel berjuang keras untuk meredam.
Senjata ini terdiri dari kain yang sudah terbakar akibat siraman minyak lalu ditempelkan ke layangan. Kemudian, layangan api tersebut diluncurkan oleh warga Palestina di wilayah Jalur Gaza yang diblokade. Untuk membuat layangan api hanya merogoh kocek sekitar US$1 atau Rp14 ribuan.
Kepanikan inilah yang membuat Israel mengeluarkan sistem pertahanan udara canggih, Iron Dome. Namun berhasilkah? Iron Dome dirancang mampu mendeteksi dan mencegat benda sekecil proyektil mortar.
Akan tetapi, ketika berhadapan dengan layangan dan balon api kiriman Palestina, Iron Dome tidak berkutik. Hal ini karena 'senjata siluman' itu tidak muncul di layar radar. Alhasil, Iron Dome tidak bisa menembak apa yang tidak bisa dilihatnya.
Menurut Missile Threat, produk dari Missile Defense Project dari Center for Strategic and International Studies, biaya lengkap sistem canggih itu mencapai US$100 juta atau Rp1,41 triliun per baterai.
Usai Iron Dome 'takluk', kemudian Israel merancang drone pencegat yang mampu merusak layangan dan balon api.
Drone ini bertugas mendekati layangan dan balon api yang bergerak mendekati wilayah Israel. Drone tersebut lalu menabrakkan diri sehingga layangan dan balon api rusak dan jatuh sebelum wilayah sasaran. (ann)