Begini Mekanisme Munculnya Lubang Raksasa di Sukabumi
- Dokumentasi Badan Geologi Kementerian ESDM
VIVA – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah terjun ke lokasi lubang raksasa di Sukabumi, Jawa Barat. Lubang tersebut muncul di area persawahan di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Lubang raksasa itu dilaporkan muncul pada Minggu subuh, 28 April 2019.
Hasil penelitian dari tim yang terjun di lapangan, Badan Geologi mengatakan amblesnya tanah di Sukabumi tersebut dipicu berbagai faktor. Salah satunya keberadaan sungai bawah tanah yang mengalir di bawah tanah persawahan.
Badan Geologi dalam keterangannya Senin 29 April 2019 menjelaskan, proses geologi yakni erosi dan sedimentasi yang berlangsung lama menyebabkan longsoran dinding lembah sungai bawah itu dan tanah ambles.
Badan Geologi Kementerian ESDM menjabarkan bagaimana mekanisme terjadinya amblesan tanah sehingga menyebabkan lubang raksasa di Sukabumi:
1. Aliran sungai yang mengalir di bawah tanah persawahan dalam ruang dan waktu mengerosi bagian dinding dan atap terowongan sungai bawah. Sungai bawah itu terbangun oleh tanah pelapukan batuan gunung api berupa endapan jatuhan piroklastik yang berupa tuff (batu putih), kurang kompak, dan batuan sarang.
2. Erosi pada dinding sungai pada pintu mulut terowongan (inlet) dan dinding terowongan sungai bawah tanah yang terus menerus, menyebabkan genangan dan menghambat aliran air.
3. Kondisi hujan deras yang terjadi setelah kemarau panjang sejak Juni 2018 meningkatkan secara tiba-tiba debit air dan tekanan air pada inlet yang tertutup material longsoran.
4. Jebolnya mulut terowongan (inlet) menyebabkan gerusan cepat yang memicu peningkatan dimensi ruang rongga sungai secara cepat. Apalagi ditambah dengan pembebanan pada atap terowongan karena infiltrasi dan penjenuhan, mengakibatkan terjadinya amblesnya tanah persawahan.
Biang lubang raksasa
Badan Geologi menjelaskan, faktor yang menyebabkan gerakan tanah berupa amblesan di area persawahan di Sukabumi itu secara umum merupakan interaksi kondisi geologi, keberadaan sungai bawah tanah dan curah hujan.
Badan tersebut menuturkan, alur sungai bawah permukaan tanah persawahan mengerosi dinding terowongan. Sementara tanah pada lubang raksasa berupa tanah pelapukan tebal hasil dari lapukan endapan jatuhan piroklastik dan aliran lahar yang bersifat batuan sarang dan mudah terkikis air.
Tata guna lahan yang berupa persawahan memicu terjadinya infiltrasi air persawahan ke terowongan aliran sungai bawah tanah dan menjenuhkan tanah pelapukan penutup bagian atap terowongan. Kondisi akhirnya meningkatkan beban tekanan ke atap terowongan.
"Curah hujan yang tinggi dan durasi lama yang turun sebelum dan saat gerakan tanah," ujar Badan Geologi.
Selain itu jebolnya material longsoran yang menutup bagian inlet menimbulkan dampak peningkatan debit air yang mengerosi dinding terowongan secara cepat. (ali)