Banjir Tol Madiun dan Jejak Perilaku Sungai Bengawan Solo
- ANTARA FOTO/Siswowidodo
VIVA – Banjir yang melanda jalan tol trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono di Madiun, Jawa Timur, pekan lalu menjadi perhatian nasional. Titik banjir tol di Madiun termasuk yang terparah. Menurut data yang dikumpulkan laman Dongeng Geologi, ketinggian banjir terparah di wilayah Madiun ada yang mencapai 5 meter.Â
Dari sisi peta kontur, wilayah Jawa Timur merupakan area yang punya potensi banjir bukan cuma karena perubahan fungsi lahan tapi juga kondisi alam.
Dalam tulisan ‘Tol Madiun Kebanjiran, Ulah Bengawan Solo’ di laman Dongeng Geologi, Maghfira menuliskan secara kontur, area Jawa Timur diapit tinggian yang menyebabkan potensi banjir.Â
Jawa Timur diapit oleh tinggian berupa deretan gunung berapi dan tinggian yang memanjang dari area barat sampai timur di area Jawa Timur yakni, Tinggian Zona Rembang, Tinggian Zona Kendeng.
Banjir bisa saja melanda daerah lembah yang dikelilingi dataran tinggi. Pada area kontur di Jawa Timur, di antara tinggian tersebut terbentuk area lembah yang mendapatkan kiriman air dari daerah tinggian yang curam di sekitarnya.Â
Berdasarkan peta kontur, Maghfira menuliskan, musabab Madiun jadi area terparah banjir di Jawa Timur pekan lalu adalah kawasan ini berada dalam cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengawan Solo. Madiun berlokasi tepat di kelokan sungai yang mana pada bagian kelokannya menggerus tanggul alam. Situasi ini sangat berpotensi terjadi luberan.Â
"Terlebih lagi Madiun diapit oleh Gunung Lawu dan Gunung Nglimna sebagai penahan aliran air. Sehingga saat curah hujan tinggi maka otomatis kawasan ini menjadi kolam renang dengan pancuran yang berasal dari aliran Sungai Bengawan Solo," tulis Maghrifa dalam Dongeng Geologi.
Curah hujan sejatinya bisa mendatangkan banjir. Meningkatnya curah hujan membuat beberapa area di Jawa Timur tergenang air.
Maghfira menuliskan, pada peta kawasan menunjukkan luapan terjadi di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo yang memanjang hingga 600 kilometer dan melalui berbagai kota.Â
"Aliran menggenang pada dataran banjir (flood plain). Saat curah hujan tinggi maka kapasitas air akan melebihi tubuh sungai, maka air akan melimpas," tulisnya.Â
Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksikan area Jawa Timur yang berpotensi mengalami banjir. Data Januari lalu menunjukkan hampir 15 kota di Jawa Timur pekan lalu kebanjiran masuk zona kuning dalam peta BMKG tersebut. (dhi)