Hoax Bisa Menyusup di Bagian Otak Bernama Amigdala

Aksi kampanye anti-hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA – Manusia bisa menerima berita bohong atau hoax sebagai sebuah keyakinan, karena ada bagian otak yang mengelola perasaan cemas dan takut bernama amigdala.

PERURI Raih Kategori Perusahaan Informatif pada Malam Penganugerahan Keterbukaan Informasi Publik 2024

Ibarat obat, kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan diberikan dalam dosis yang besar dan berulang-ulang, sehingga menyebabkan peningkatan aktivasi pada amigdala.

Ahli neuroscience dari Institut Pertanian Bogor, Berry Juliandi mengatakan, kalau hoax atau informasi yang diterima salah dan mengganggu keyakinan seseorang, maka amigdala akan memotongnya, sehingga tidak diteruskan untuk dianalisa.

BPJS Ketenagakerjaan Raih Predikat Informatif Pada Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik

"Mereka langsung menolak informasi yang ada," kata dia di Jakarta, Senin 18 Februari 2019.

Sedangkan di era pemilihan umum seperti sekarang, dengan banyak beredarnya hoax, sehingga menyebabkan rasa takut dan khawatir, Berry menganjurkan masyarakat agar menerapkan sikap ragu dengan semua informasi yang diterima.

Mau Persahabatan Abadi? Rahasia Mengapa Teman Lama Selalu Ada

"Menurut saya, cara seperti itu akan berhasil. Apapun yang masuk ke otak jangan mentah-mentah diterima, tetapi dibikin ragu. Apa iya, seperti ini?" ungkapnya.

Ketakutan adalah kondisi mental yang muncul akibat ancaman serta kecemasan yang berimbas pada kekhawatiran.

Peran amigdala, sebenarnya membuat manusia untuk selalu waspada dalam bertindak. Misalnya, hidup di alam liar atau menghindari buruan dari hewan predator.

Di kesempatan yang sama, ahli ilmu sosial dari Universitas Indonesia, Roby Muhammad mengatakan, masalah yang ada saat ini adalah kepercayaan atau trust. "Kepercayaan antarindividu dengan lingkungan di sekitarnya," jelas dia.

Roby, lalu memberikan ide untuk bisa berkumpul dengan orang yang dipercayai. Dengan begitu, filter berita atau informasi tidak hanya pada diri sendiri, tetapi bersama-sama dengan kelompok tersebut.

Ia pun mengaku agak sulit, apabila satu individu harus berpikir lebih jernih untuk mengatasi hoax yang sedang beredar. "Kita bisa punya 3-5 orang sahabat dekat yang fungsinya memfilter semua informasi. Jadi, akan ada semacam filter sosial, tetapi yang dipercaya. Ini namanya trust," papar Roby. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya