Deretan 5 'Agama' Baru, dari Penyembah Google sampai Copy Paste

Ilustrasi teknologi kecerdasan buatan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/PIRO4D

VIVA – Di dunia ini banyak agama dan keyakinan yang dipeluk oleh masing-masing individu. Di era digital ini, banyak ‘agama’ baru muncul. Jangan salah sangka, ternyata agama ini diikuti oleh banyak orang di dunia.

Menag Sebut Ada Krisis Agama di Indonesia

Berikut, ini lima ‘agama’ baru di era digital, dikutip dari berbagai sumber, Selasa 5 Februari 2019: 

Kopimism

Gemini bikin iPhone Kamu Jadi Asisten Pribadi Super Cepat

Istilah ini digunakan untuk menyisipkan sebuah informasi. Konsep ini juga yang dijadikan ‘agama’ di negara Swedia. 

Agama dengan nama Kopimism telah diakui pemerintah sana secara hukum. Dilansir laman Mashable, shortcut dari CTRL+C dan CTRL+V dipercayai sebagai cara pintas untuk menyalin dan menyisipkan dan sebagai simbol suci dari kepercayaan mereka. 

Menteri Karding Minta Jajaran Usut Perusahaan yang Berangkatkan Pekerja Migran Nonprosedural dari Majalengka

Google

Sejumlah orang meyakini mesin pencarian raksasa ini sebagai Tuhan. Umatnya bernama Googlism, mereka tidak mempercayai Tuhan dengan konsep supranatural, karena tak bisa dibuktikan secara ilmiah. 

Dilansir laman The Church of Google, seperti agama dan kepercayaan lain, Googlism memiliki doa yang dipanjatkan bagi Google. Mereka juga memiliki 10 perintah Tuhan atau disebut 10 Commandments of Google. 

Zero ex Omega

Teknologi Blockchain juga dijadikan agama oleh sejumlah orang. Didirikan oleh mantan CEO dari platform prediksi Blockchain Augur, Matt Liston. 

Dia membagikan dokumen yang disebut kitab suci di New Museum, New York. Mengutip laman Futurism, di dalamnya tertulis panduan Blockchain yang berpengaruh pada kehidupan dan bisa memberikan keuntungan bagi manusia

Blockchain.

Way of the Future

Dilansir laman Live Science, pada 2015, tersiar kabar seorang mantan insinyur Google dan Uber, Anthony Levandowski mengajukan pendirian gereja bernama Way of the Future. Pengajuan ini ditunjukkan untuk Pemerintah Negara Bagian California, Amerika Serikat, untuk menyembah teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence

Dalam dokumen itu tertulis kecerdasan buatan dipuja sebagai tuhan untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan masyarakat. 

AI

Artificial Intelligence sedang dikembangkan untuk ritual keagamaan. Teknologi ini telah membuat kitab suci elektronik. 

Selain itu, robot juga telah digunakan sebagai pendeta. Dilansir laman CNBC, Pepper digunakan di Jepang untuk ritual agama Budha. 

Robot Pepper.

Penggunaannya juga jauh lebih murah. Pendeta manusia menghabiskan US$2.232 untuk ritual pemakaman, sedangkan Pepper hanya menggunakan US$462 saja. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya