Mengenal Satria, Satelit Indonesia yang Bikin Layanan Internet Cepat

Ilustrasi satelit mengorbit.
Sumber :
  • www.aviantipic.com

VIVA – Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informatika atau BAKTI menyiapkan Satelit Republik Indonesia, atau Satria, berteknologi High Throughput Satellite yang akan selesai konstruksinya pada 2022 dan beroperasi selama 15 tahun.

PPN Naik Jadi 12 Persen Bisa Bikin Kemiskinan Makin Parah hingga Wisman Ogah ke Indonesia

Direktur Utama BAKTI, Anang Latif, menyebut pemenang pengadaan akan diumumkan beberapa bulan lagi. "Target bulan April atau Mei 2019 rampung. Ya, mundur sedikit ternyata ada diskusi teknis yang kita kasih ke mereka untuk optimalisasi," kata dia di Jakarta, Rabu, 30 Januari 2019.

Fokus utama Satria, menurut Anang, adalah memenuhi internet di 149.400 lokasi dalam dunia pendidikan, kesehatan, pemerintahan daerah, dan pertahanan serta keamanan.

Tak Masalah Jadi Sandwich Generation, Ayu Ting Ting: Itu Jadi Pembuka Rezeki Gue

Untuk daya jangkau, satelit ini akan menjangkau 54.400 titik di Sumatera, Kalimantan (19.300), Jawa (19.400), Sulawesi (23.900), Bali dan Nusa Tenggara (13.900), serta Papua dan Maluku (18.500).

Anang mengaku bahwa satelit ini untuk memenuhi infrastruktur internet yang tidak terjangkau oleh Palapa Ring.

Biaya Tersembunyi Diabetes Tipe 2 Bisa Jadi Beban Finansial Berat

"Masih ada desa yang letaknya terlalu sulit untuk didatangi karena jaraknya puluhan kilometer. Jadinya biaya tinggi dan keuangan pemerintah enggak cukup untuk membangun," jelasnya.

Ia pun berharap Satria dapat menjawab kebutuhan internet yang sangat tinggi, termasuk untuk pribadi maupun pekerjaan.

Untuk menunggu Satria terbang ke angkasa, BAKTI menyewa satelit dari lima perusahaan hingga lima tahun ke depan. "Pilihannya kita ngontrak dulu, sewa rumah sama teknologinya HTS," kata dia.

Kelimanya adalah PT Aplikanusa Lintasarta, PT Indo Pratama Teleglobal, Konsorsium Iforte HTS, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Adapun kapasitas satelit sewaan ini sebesar 21 Gbps, dengan target melayani 5.000 titik BTS dan 5.000 titik internet. Mengenai biaya sewa, Anang mengalokasikan anggaran sebesar Rp7,5 triliun.

"Nilai proyek (sewa) ini kita per tahun mengeluarkan kira-kira Rp1,5 triliun. Ini belum termasuk di-ground. Kalau sudah kuasai di atas, maka ground-nya jauh lebih murah berkisar Rp2-3 juta per bulan untuk sewa yang per titiknya. Kalau sekarang itu bisa sampai Rp15 juta. Dengan teknologi ini jadinya jauh lebih murah," papar Anang.

Sejauh ini hanya PSN yang satelitnya belum meluncur. Anang menyebutkan satelit dari PSN akan segera diluncurkan pada akhir Februari mendatang.

"Ketika Satria mengangkasa tahun 2023 akan ada waktu untuk transisi dari satelit sewaan sebelumnya. Proses ini akan memakan waktu 1-1,5 tahun. Kita perlu mengganti antenanya. Jadi akan ada proses re-point antenna atau antena digeser. Tapi pengguna tidak akan terdampak," tutur Anang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya