Megathrust Mentawai Sisakan Magnitudo 8,8 Skala Richter
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja menyebutkan, hingga saat ini potensi gempa besar (megathrust) Mentawai masih menyimpan energi kegempaan 8,8 Skala Richter.
Dia menjelaskan, magnitudo tersebut merupakan sisa lepasan energi dari prediksi awal 9 Skala Richter. Dua kali pukulan seperti gempa 2007 dan 2010, menurut Danny, menyebabkan tersisanya energi 8,8 Skala Richter di segmen megathrust Mentawai.
Ahli geologi dan gempa bumi LIPI itu menjelaskan, secara keilmuan Megathrust Mentawai sudah terbukti tidak melepaskan energi sekaligus. Biasanya, kata Danny, energi yang dikeluarkan dua atau tiga pukulan. Gempa yang terjadi pada 2007 dan 2010, menurutnya, bagian dari pelepasan energi megathrust.
“Makanya sekarang sisanya sekarang 8,8 SR. Kalau belum dilepaskan itu skalanya sampai 9 SR. Berkurang memang, tapi apakah itu pendahuluan atau tidak, itu yang sulit diprediksi. Mentawai Megathrust itu segmennya besar, mulai dari Barat Siberut sampai ke daerah Enggano. Segmen Mentawai itu juga terbagi lagi menjadi sub segmen," kata Danny di Padang, Kamis 24 Januari 2019.
Danny menjelaskan, secara ilmiah sumber gempa di Sumatera Barat khususnya megathrust Mentawai, tidak ada yang baru karena memang sudah lama penelitiannya. Bahkan, berbagai peta gempa dan tsunami, sudah dibuat sejak 10 tahun lalu. Namun demikian, yang harus diperhitungkan dan diperhatikan adalah perkembangan terakhir dari aktivitas kegempaan.
Selain itu, yang lebih penting lagi, kata Danny, yakni perkembangan bagaimana masyarakat menyikapi bahaya megathrust yang kekuatannya bisa mencapai 8,8 SR. Bahaya ini belum diketahui kapan terjadinya. Menurutnya, yang jelas saat ini masyarakat sudah berada di masa periode pelepasan energi Mentawai.
"Tapi saya pikir, yang lebih harus kita pikirkan adalah kesiap-siagaan mitigasi bencananya, karena kalau kita melihat pelajaran dari gempa 2009 di sini, masyarakat belum siap. Jadi begini, sudah dicoba dua kali dalam real event 2009, 2012 (kejadian), kota Padang belum siap. Dan, saya khawatir masyarakat di sini malah sudah lupa bukan malah siap. Nah itu yang kita rembukkan lagi," ujarnya. (ase)