Es Greenland Mencair Lebih Cepat, Wilayah Pesisir Berisiko Tenggelam

Lapisan es Greenland dari pantauan Satelit NASA.
Sumber :
  • Dok. NASA

VIVA – Lapisan es di Greenland dikabarkan mencair lebih cepat dari perkiraan para ilmuwan. Fakta ini didapat dari penelitian yang mengungkap bahwa laju pencairan es telah meningkat empat kali lipat sejak tahun 2003.

Gletser Kiamat Ancam Bumi

Selama ini, melelehnya bongkahan es (gletser) raksasa yang berada di wilayah utara Bumi itu disebut menyumbang kenaikan permukaan air laut, khususnya perairan Atlantik.

Seperti dilaporkan The Guardian, profesor geodinamika, Michael Bevis, yang menjadi penulis penelitian mengatakan bahwa ada dua masalah utama.

Di Hadapan Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia terhadap Energi Terbarukan

"Kami tahu kami memiliki satu masalah besar dengan meningkatnya laju pelepasan es oleh beberapa gletser besar," katanya.

"Tapi sekarang kita mengenali masalah serius kedua, yakni semakin banyak massa es akan menjadi lelehan, seperti sungai yang mengalir ke laut."

Brigadir Jenderal Carla River Kenang Bantuan Militer AS untuk Aceh Pasca Tsunami 2004

Dalam makalah penelitian juga menyebutkan bahwa es mencair saat suhu global meningkat, yang kemudian berimbas pada naiknya permukaan laut.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari pemulihan gravitasi NASA dan percobaan iklim (disebut Grace), serta stasiun GPS, untuk menilai perubahan massa es di seluruh Greenland.

Studi yang diterbitkan dalam Proceeding of National Academy of Sciences, menunjukkan bahwa Greenland kehilangan sekitar 280 miliar ton es per tahun antara tahun 2002 dan 2016. Jumlah es itu cukup untuk menaikkan permukaan laut global sebesar 0,03 inci per tahun.

Jika seluruh lapisan es di Greenland mencair, permukaan laut akan naik tujuh meter dan menenggelamkan sebagian besar wilayah pesisir.

Daerah pesisir sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Menurut penelitian itu, wilayah yang paling berisiko terdampak adalah negara-negara di kepulauan Pasifik, termasuk Shanghai, Rio de Janeiro, dan Osaka. Indonesia sendiri berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

"Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi dan mengurangi pemanasan global lebih lanjut. Sudah terlambat jika ingin tidak ada efek," kata Bevis.

"Ini akan menyebabkan kenaikan permukaan laut tambahan. Kami menyaksikan lapisan es mencapai titik kritis. Kita akan melihat kenaikan permukaan laut lebih cepat dan lebih cepat pada masa yang akan datang. Begitu mencapai titik kritis, satu-satunya pertanyaan adalah: Seberapa parah hal itu terjadi?"

Pada 2013, es di Greenland mencair empat kali lebih cepat sejak 2003. Desa-desa di wilayah itu menghadapi ancaman tsunami atas mencairnya gletser raksasa tersebut. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya