Misi China dan Informasi Tersembunyi di Bulan

Robot penjelajah China di sisi jauh Bulan, Yutu-2
Sumber :
  • Dokumen CGTV/CNSA/CLEP

VIVA – Pesawat ruang angkasa milik China, Chang'e-4 telah mencetak sejarah. Wahana ini sukses mulus mendarat di sisi jauh atau sisi gelap Bulan. 

Kalau Kamu Diajak ke Bulan, Apa yang Mau Dibawa?

Wahana Chang'e 4 mendarat di kawah seluas 110 mil, yakni area yang dinamakan Von Karman. 

Pendaratan itu diharapkan dapat memberi terobosan baru dalam membuka pengetahuan baru eksplorasi satelit Bumi.

Misi ke Bulan Bikin NASA Boros

Dikutip melalui laman Leonarddavid, Senin 7 Januari 2019, begitu mendarat wahana antariksa tersebut mengeluarkan robot penjelajah Yutu-2. Robot ini bertugas menyurvei apa yang mereka temukan di sekitar sisi jauh Bulan. China penasaran dengan sisi jauh Bulan, area yang belum tersentuh eksplorasi ini dinilai memiliki fitur yang unik.

Sisi jauh Bulan pertama kali tertangkap citranya oleh wahana antariksa Uni Soviet, Luna 3. Sisi terdekat dan terjauh Bulan memiliki perbedaan. Sisi dekat memiliki lebih banyak batuan basal pada dataran, sedangkan sisi jauhnya dihiasi dengan banyak kawah akibat fenomena alam dengan ukuran berbeda.

NASA Kibarkan Bendera Putih

"Ada juga perbedaan di komposisi zat, medan dan bentuk lahan, seperti struktur dan usia batuan. Contohnya sekitar 60 persen di sisi terdekat ditutupi oleh batuan basal, sedangkan sisi jauh ditutupi oleh dataran tinggi," kata Director of The Lunar and Deep Space Exploration of the Chinese Academy of Sciences, Zou Yongliao.

Ia juga mengatakan, dari 22 batuan basal yang berada di Bulan, 19 di antaranya berada di sisi dekat Bulan. 

Untuk menjalankan eksplorasi sisi gelap Bulan, robot penjelajah Yutu-2 dibekali instrumen Advanced Small Analyzer for Neutrals (ASAN).

ASAN merupakan alat analisis kecil dengan berat 650 gram yang dikembangkan The Swedish Institute of Space Physics (IRF). Instrumen ini akan mempelajari bagaimana angin matahari berinteraksi dengan permukaan Bulan.

Para ilmuwan berharap Yutu-2 bisa melakukan perjalanan yang lebih jauh dibanding pendahulunya, Yutu-1. Sehingga dapat lebih banyak mengirim gambar. Robot penjelajah ini memiliki berat 2 kilogram, lebih ringan dibanding pendahulunya yang beratnya mencapai 135 kilogram.

Alat ini membutuhkan tenaga surya untuk dapat beroperasi. Kemudian robot penjelajah juga dapat melintasi batu setinggi 20 cm.

Zou mengatakan, ilmuwan berharap wahana Chang-e-4 dan robot penjelajah Yutu-2 bisa menghasilkan banyak informasi tentang sisi gelap Bulan. 

"Dengan wahana Chang’e-4, kita dapat mendeteksi informasi tersembunyi di dalam Bulan. Saya yakin akan ada temuan ilmiah yang mengejutkan," ujar Zou.

Keyakinan Zou ini dilandasi dengan profil batuan di sisi gelap Bulan. Dia mengatakan batuan di sisi jauh Bulan ini lebih tua dan kuno dibanding batuan di sisi dekat Bulan. Dengan menganalisis komposisi substansi dari batuan di sisi gelap Bulan, dia meyakini bisa membantu ilmuwan untuk lebih memahami evolusi satelit Bumi tersebut.  

Menurut Deputy Chief Commander and Designer Chang'e-4, Zhang Yuhua, robot penjelajah Yutu-2 akan mengambil gambar di sisi depan wahana.

"Setelah itu ia akan pergi ke daerah yang direncanakan, dan memulai serangkaian proyek eksplorasi ilmiah di kawah Von Karman," ujarnya. (dhi)

Astronot NASA yang akan ke Bulan.

NASA (Akan) Kembali ke Bulan Setelah 50 Tahun

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA, telah menunjuk empat astronot yang akan membawa umat manusia kembali ke Bulan setelah jeda 50 tahun.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2023