Konser Blackpink Dibayangi Kiamat karena Gerhana Bulan Merah Darah
- Facebook.com/pg/BLACKPINKOFFICIAL
VIVA – Pada malam hari tanggal 20-21 Januari 2019 mendatang, penduduk di benua Amerika akan disapa oleh gerhana bulan total yang dijuluki gerhana bulan darah serigala.
Mengapa demikian? Menurut ahli astronomi, gerhana bulan tersebut akan menampakkan rona bulan yang berwarna oranye atau kemerahan.
Meski gerhana bulan adalah fenomena alam biasa, namun pendeta dari Indiana, Amerika Serikat, Paul Begley, punya pendapat sendiri. Menurutnya, gerhana bulan pada Januari 2019 adalah tanda kiamat.
Pernyataan Begley itu dimuat di beberapa media Barat, salah satunya The Sun, pada awal Desember lalu. Ia merujuk pada beberapa bagian dalam Alkitab yang menyebutkan bulan berubah merah, yaitu Yoel 2:31.
Bunyinya: "Matahari akan berubah menjadi kegelapan, dan Bulan menjadi darah, sebelum hari Tuhan yang besar dan mengerikan datang."
Referensi gerhana bulan lainnya juga ditemukan dalam Kitab Wahyu yang menggambarkan bulan menjadi seperti merah darah, tepat sebelum akhir dunia.
Begley lantas berkata, "Apakah ini pertanda? Ya, jelas ini merupakan pertanda akhir zaman dan Amerika memainkan peran kunci di akhir zaman." Begley menekankan bahwa gerhana bulan yang akan terjadi pada Januari 2019 itu akan menjadi momen penting bagi sejarah AS dan dunia.
Gerhana bulan yang dimaksud memang hanya dapat diamati di wilayah Amerika, bagian Eropa dan Afrika. Sedangkan di Indonesia tidak dapat menyaksikannya karena waktu sedang siang hari.
"Gerhana bulan total (blood moon) terjadi 21 Januari 2019 pukul 10:34-13:51 WIB. Jadi tidak bisa diamati di Indonesia," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin pada VIVA, Kamis, 27 Desember 2018.
Sementara itu, bertepatan dengan gerhana bulan menyapa wilayah Amerika, grup musik asal Korea Selatan akan melakukan konser di Indonesia. Lisa dan kawan-kawan telah lama dijadwalkan manggung di ICE (Indonesia Concention Exhibition) BSD, Tangerang pada 20 Januari 2019 mendatang.
Terlepas dari konspirasi Begley yang menyebut tanda akhir zaman, gerhana bulan merupakan fenomena alam biasa yang mudah dijelaskan secara sains.
Gerhana bulan atau lunar eclipse terjadi pada saat posisi Bumi berada pada garis lurus di antara matahari dan bulan. Pada posisi ini, cahaya matahari ke bulan akan terhalang oleh bayangan bumi sehingga permukaan bulan tidak mendapatkan cahaya dari matahari.
Menurut ahli astronomi, gerhana bulan total di 2019 hanya akan terjadi satu kali, sebelum muncul lagi pada Mei 2021.