Cara Warga Jambi Mengais Rezeki di Tengah Banjir
- VIVA/Syarifuddin Nasution
VIVA – Bencana banjir umumnya memberi sejumlah kerugian materi kepada wilayah yang terdampak, namun tidak dengan Jambi yang terletak di pulau Sumatera. Penduduk di sana akan gembira jika banjir terjadi dalam waktu yang lama.
Kelompok Penelitian Ekologi Manusia-Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian di tiga desa, yang masing-masing desa dihuni oleh penduduk asli melayu-Jambi, pendatang, dan orang rimba.
Salah satu peneliti, Intan Adhi Perdana Putri mengatakan, penduduk asli dan pendatang menyebut banjir sebagai 'air naik', yang biasanya juga turut datang di musim kemarau. Intensitas hujan yang tinggi dengan waktu yang lama akan membuat provinsi itu terendam banjir.
"Air naik merupakan peluang ekonomi bagi penduduk untuk menangkap ikan. Semakin lama banjir, semakin banyak dan besar ikan yang ditangkap," katanya saat melakukan temu media, di LIPI, Jakarta, Kamis, 27 Desember 2018.
Produksi ikan selama bencana banjir cukup banyak, bahkan penjualannya bukan hanya untuk wilayah Jambi saja, namun bisa sampai ke kota Palembang, Sumatera Selatan. Ikan yang ditangkap seperti batok, sepat, gabus, dan lain sebagainya.
Ikan dijual dalam keadaan hidup atau mati. Bahkan untuk variasi lainnya dipasarkan dalam bentuk ikan asin. Hal inilah yang membuat masyarakat di sana tercukupi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.
Secara umum masyarakat Jambi dinilai sudah sangat siap menghadapi banjir. Mereka telah menyiapkan transportasi air seperti sampan dan perahu, menyimpan kayu untuk dijadikan 'amben-amben' atau panggung di dalam rumah.
Penduduk di Jambi sudah terbiasa dalam menghadapi banjir tahunan, sehingga tidak mereka hitung sebagai sebuah bencana. Mereka juga memiliki keterampilan berenang dan mendayung, sehingga bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan pokok. (dhi)