Bikin Genteng Antigempa, Mahasiswa Indonesia Rebut Emas di Jerman

Genteng antigempa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Berawal dari keprihatinan terhadap korban bencana gempa yang didominasi warga yang tertimpa reruntuhan bangunan, lima mahasiswa dan mahasiswi Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, menciptakan sebuah inovasi genteng antigempa ramah lingkungan.

Puteri Qatrunnada, Relawan Dokter Muda Bertaruh Nyawa di Tengah Bencana

Karya mereka baru saja menyabet medali emas dalam sebuah kompetisi di Nuremberg, Jerman. Lima mahasiswa itu adalah Yunnia Rahmandani, Laitufa Nida, Nurul Halwiyah, Ibadurrahman, dan Rifqi Rudwi Rafifta.

Mereka baru saja mengikuti Internasional Trade Fair of Ideas, Inventins and New Products (iENA) yang diadakan lembaga internasional AFAC pada 1-4 November 2018.

Cerita Korban Gempa Jadi Andalan DIY di Tenis Kursi Roda Peparnas 2024

Inovasi genteng antigempa memanfaatkan limbah lingkungan yakni sampah styrofoam. Ide yang dipakai adalah membuat genteng super ringan yang tahan terhadap guncangan. Genteng itu terbuat dari campuran semen pasir dan styrofoam.

"Dari awalnya diskusi muncul inovasi yang menonjol dengan menambahkan styrofoam. Kalau biasanya, kan, hanya adonan semen, pasir dan zat adiktif, " kata Yunnia di di Laboratorium Fakultas Teknik Sipil Undip, Senin, 26 November 2018.

Ahmad Ali-Abdul Karim Sediakan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Penyintas Gempa dan Tsunami Palu

Pemilihan bahan styrofoam, lanjut Yunnia, lantaran styrofoam dianggap menjadi sampah yang tidak dapat diuraikan oleh alam.

Limbah ini juga banyak sekali ditemukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kampus. "Polusi plastik jadi masalah di dunia. Dari situ kita berpikir untuk mendaur ulang styrofoam. Lalu, kita hitung komposisi yang pas. Akhirnya, komposisi 1:1 pasir dan semen ditambah bahan styrofoam tiga persen," jelasnya.

Meski prosedur pembuatannya hampir sama dengan genteng pada umumnya, namun berat genteng ramah lingkungan ini lebih ringan dengan selisih 20 persen. Untuk tahap awal mereka membuat bentuk standar pabrikan dengan membuatnya dicetakan pabrikan.

"Genteng biasa itu biasannya 3-4 kilogram per buah. Jadi genteng ini lebih ringan 20 persen. Keinginan kami, sih, desainnya bisa kita buat sendiri agar futuristik, " tutur Yunnia.

Saat menyabet medali emas di Jerman, kelima mahasiswa-mahasiswi itu hanya mengirimkan abstraksi sampel penelitian mereka.

Namun, tak diduga ide mereka lolos untuk dikompetisikan hingga mampu mengungguli 800 peneliti dari 30 negara lain seperti China, Jerman, Hongkong hingga Amerika Serikat. Ke depan, genteng styrofoam ini bisa dihilirisasi dengan diproduksi secara massal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya