Nabi Adam dan Manusia Purba, Duluan Mana? Ini Kata Ahli Al Quran
- Phys.org
VIVA – Ada kutipan dari mendiang ilmuwan Albert Einstein: "Sains tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa sains adalah buta." Fisikawan penemu teori relativitas itu agaknya ingin menyampaikan bahwa antara ilmu pengetahuan dan agama, bisa saling mendukung dan tidak bertentangan.
Namun, salah satu pertanyaan terbesar tentang kehidupan, yaitu asal-usul manusia, kerap menjadi perdebatan. Karena jawaban dari sisi sains dan agama (Islam), seolah tak sejalan.
Dalam keyakinan Islam, ayat sucinya mengenalkan bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam. Sedangkan ilmu pengetahuan melalui teori Darwin menjelaskan bahwa manusia pertama di dunia adalah manusia purba.
Jadi, siapakah sebenarnya manusia pertama? Nabi Adam atau manusia purba?
Cendekiawan Muslim, Quraish Shihab, menjawab pertanyaan itu melalui tayangan YouTube Najwa Shihab yang diunggah pada 22 Oktober 2018.
Menurut Quraish, Al Quran memang menyebutkan tentang kejadian manusia. Namun, dalam kitab suci itu juga dijelaskan mengenai penciptaan makhluk-makhluk lain, yang sudah ada sebelum manusia.
"Sebelum Adam, sudah ada makhluk-makhluk lain. Al Quran tidak menerangkan apa makhluk lain itu. Boleh jadi makhluk lain itu manusia purba," kata Quraish.
Ketika Al Quran berbicara tentang manusia pertama, hanya menyatakan bahwa dia diciptakan dari tanah, kemudian pada proses akhirnya ditiupkan ruh sehingga jadilah manusia. "Mungkin itulah manusia modern," ujar Profesor lulusan Al Azhar Mesir itu.
Akan tetapi, dalam penciptaan manusia, Al Quran tidak menjelaskan apa yang terjadi pada rentang proses itu. Untuk menyederhanakan penjelasannya, Quraish menggambarkan dengan alfabet.
"Kalau saya bisa beri gambaran, kita punya alfabet A sampai Z. Saya sebut mulanya A, akhirnya Z. Ada enggak antara A dan Z? Banyak," katanya. Maksud Quraish adalah Al Quran tidak menjelaskan proses sebelum ditiupkannya ruh.
Selanjutnya, mantan Menteri Agama itu menyebutkan tentang teori Darwin. Menurutnya, Islam tidak membahas itu. Akan tetapi, teori tersebut merupakan bidang keilmuan. "Kalau ilmu bisa membuktikannya, maka tidak bertentangan dengan Al Quran," ujarnya.