Kisah Christopher Columbus Selamat Berkat Gerhana Bulan Total

Gerhana Bulan di Jakarta, Indonesia
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA – Penjelajah dunia Christopher Columbus ternyata punya kisah menarik dengan Gerhana Bulan Total. Berkat gerhana, dia dan rombongan selamat dari kondisi kritis dan terancam saat terdampar di sebuah pulau.

Kisahnya bermula selepas Columbus berlayar dari Spanyol pada Mei 1502, dia dan rombongan berlayar dengan empat kapal.

Namun karena wabah cacing kapal melubangi armada kapalnya, Columbus bersama rombongan terpaksa meninggalkan dua kapalnya dan terdampar di sebuah pulau yang kini masuk wilayah Jamaika. Kala terdampar, terdeteksi pada 25 Juni 1503. Saat terdampar itu, Columbus bersama anak buahnya menemukan kesulitan. Namun mereka berhasil menemukan jalan keluar berkat perhitungan Gerhana Bulan Total.

Saat terdampar di pulau tersebut, Columbus awalnya disambut dengan baik oleh suku asli di pulau tersebut, Suku Arawak. Namun seiring berjalannya waktu, tabiat baik mereka luntur terhadap Columbus. 

Hari demi hari, Suku Arawak memberi makanan dan tempat tinggal, namun beberapa pekan setelahnya ketegangan meningkat antara suku tersebut dengan rombongan Columbus. 

Setelah terdampar di pulau lebih dari setengah tahun, separuh kru Columbus sepakat merampok dan mencuri hewan dan tanaman suku tersebut.

Namun itu belum cukup. Columbus bersama anak buahnya suatu saat merasakan kelaparan yang tak terhingga. 

Dilansir melalui laman Space, Senin 23 Juni 2018, di tengah krisis tersebut, muncul ide cerdik dari Columbus. 

Jelang Nataru, ASDP Dorong Masyarakat Gunakan Ferizy Cegah Antrean

Columbus akhirnya memanfaatkan almanak yang diterbitkan astronom dan matematikawan asal Jerman, Johannes Muller von Konigsberg, yang juga dikenal nama populer Regiomontanus. Columbus memanfaatkan almanak itu sebagai ‘senjata’ mengibuli Suku Arawak. 

Tabel astronomi Regiomontanus menyelamatkan hidup Colombus. Dalam tabel tersebut, terdapat informasi penting mengenai Matahari, Bulan, planet, serta rasi bintang yang bermanfaat untuk pelayaran. 

Bakamla Tangkap Kapal Muatan Nikel Tanpa Dokumen di Perairan Sultra

Columbus yang memiliki salinan almanak tersebut, muncul secercah harapan saat mempelajari tabelnya. Pada tabel itu, menginformasikan pada Kamis malam, 29 Februari 1504, Gerhana Bulan Total akan terjadi.

Dengan mengetahui pengetahuan tersebut, tiga hari sebelum gerhana, Columbus meminta pertemuan dengan kepala suku Arawak. Lantas Columbus memberitahu Tuhannya sangat marah dengan suku Arawak karena tidak lagi memasok makanan untuknya. Dia memberikan tiga tanda kemarahan Tuhan. 

Kehadiran Ustazah Oki Setiana Dewi di Masjid Amru bin Ash Sambut Rombongan Agen Propolis

Columbus menyebutkan, Tuhan akan melenyapkan Bulan purnama, membuatnya tampak 'murka', dan menandakan kejahatan yang dilakukan semua orang.

Jam pasir

Pada malam yang telah diprediksikan, terbitlah Bulan di ufuk Timur. Awal kemunculannya, Bulan masih terlihat penuh. Namun saat hari sudah benar-benar gelap gulita, penampakan Bulan menjadi merah darah (blood moon). 

Menurut Ferdinand, putra dari Columbus, suku Arawak menjadi sangat ketakutan. Mereka secara berbondong-bondong datang ke kapal Columbus dan membawa banyak makanan. Mereka meminta Columbus untuk bersyafaat atas nama mereka. 

Suku tersebut meminta Columbus agar Tuhannya mengembalikan Bulan dalam keadaan normal. 

Namun Columbus berdalih, akan meminta waktu untuk berdiskusi dengan Tuhannya. Columbus mengurung diri di kabin selama 50 menit. 

Selama mengurung diri, Columbus terus memperhatikan jam pasir. Menjelang usainya Gerhana Bulan, dia pun keluar dari persembunyiannya. Columbus mengatakan Tuhannya telah mengampuni mereka, dan secara bertahap, seiring dengan berakhirnya Gerhana Bulan Total, satelit alami Bumi itu kembali dalam keadaan normal. 

Setelah 'kecerdikan' tersebut, Columbus dan anak buahnya hidup sejahtera sampai menunggu bantuan datang. Mereka kembali ke Spanyol pada 7 November 1504.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya