Mengulik Teknologi Kapal Induk Terbesar Dunia Milik Rusia
- rusnavy.com
VIVA – Persaingan Rusia dan Amerika Serikat pasca Perang Dingin semakin sengit. Di tengah dominasi global AS, Rusia semakin agresif, baik secara politik maupun militer.
Selama Perang Suriah, Rusia menyadari bahwa keberadaan kapal induk sangat dibutuhkan. Negeri Beruang Putih ini diketahui hanya mengandalkan satu unit kapal induk Laksamana Kuznetsov.
Namun, usianya sudah 30 tahun dan sudah semakin tidak layak melakukan operasi militer. Kehadiran kapal induk di samudra begitu penting untuk melindungi negara dari ancaman musuh.
Ketika Angkatan Laut AS resmi memiliki kapal induk generasi tercanggih, USS Gerald R. Ford, pada April 2017, Rusia seperti kebakaran jenggot.
Sebab, keberadaan USS Gerald R Ford yang menjadi cikal bakal kapal perang modern AS. Tak butuh waktu lama, AL Rusia meluncurkan cetak biru (blueprint) pembangunan kapal induk modern yang dapat menampung hingga 100 jet tempur dan pengebom.
Kapal induk terbaru milik Rusia ini dinamakan "Storm." Mengutip situs RBTH, Selasa, 8 Mei 2018, pembangunannya dimasukkan ke dalam Program Alutsista Negara periode 2019-2025.
Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun kepala induk yang diklaim terbesar di dunia itu mencapai US$17,5 miliar (sekitar Rp242 triliun).
Menurut pengamat militer Vadim Kozyulin, Storm akan memiliki dek yang sepenuhnya terbuka, berbeda dengan Laksamana Kuznetsov yang dilindungi artileri.
Artinya, kata Vadim, Storm akan benar-benar menjadi "bandara terapung" yang bisa menampung satu skuadron pesawat tempur.
Lalu, dek lepas landasnya akan seluas 14 km, atau tiga kali lapangan sepak bola. Dek tersebut akan memiliki empat jalur dengan panjang yang berbeda, serta sistem peluncuran gabungan, yakni springboard dan springboard-catapulting.
"Karena Storm tidak akan memiliki sistem senjata sendiri, maka dijaga oleh 10 kapal dari berbagai jenis, Mulai dari fregat, penghancur, jelajah, hingga kapal selam," ungkapnya.
Selain itu, Vadim melanjutkan, Storm akan dilengkapi dengan dua mesin nuklir RITM-200 yang akan membantunya berlayar dengan kecepatan 30 knot (sekitar 55 km/jam).
Adapun, berat kapal ini akan sekitar 100 ribu ton dengan sarat airnya 11 meter, serta mampu menampung sekitar empat ribu kru.
Jika tak ada aral melintang, kapal induk Storm akan beroperasi pada 2030 dengan pangkalan di Severomorsk, sekitar 1.880 km di utara Moskow, ibu kota Rusia.