E-Commerce Tidak Bisa Ganti Posisi Ritel, Harus Kolaborasi

Ilustrasi e-commerce vs ritel.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Tren belanja online mempengaruhi pola belanja konsumen di Tanah Air.

Apalagi saat ini maraknya perusahaan-perusahaan e-commerce, baik berbasis online shop maupun marketplace dalam berbagai skala usaha, bermunculan.

Sebut saja Blibli, Blanja, Lazada, Zalora, Bukalapak, Alfacart, MatahariMall, Alibaba, Tokopedia, hingga JD.ID.

Munculnya e-commerce diduga membuat ritel atau toko besar tutup di antaranya Matahari Department Store, Lotus dan Debenhams.

Menurut CEO Locale, Fandi Achmad, e-commerce dan ritel harus berkolaborasi. Sebab, keduanya saling membutuhkan dalam menjalankan bisnisnya.

"Kalau dikatakan e-commerce 'membunuh' ritel, ada benar dan tidaknya. Keduanya harus kolaborasi," kata dia kepada VIVA, Sabtu, 9 Desember 2017.

Selain itu, Fandi melanjutkan, ada ranah di mana e-commerce tidak bisa mengambil lahan ritel. Yaitu, interaksi antara konsumen atau pembeli dengan penjual atau pemilik toko.

Fandi menegaskan dalam menjual sebuah produk harus berkomunikasi sehingga terjadi pendekatan secara persuasif untuk menciptakan loyalitas konsumen.

Ia pun mencontohkan e-commerce Everlane yang akhirnya membuka gerai pertama di New York dan San Fransisco, Amerika Serikat.

"Jadi, ada ranah di mana e-commerce tidak bisa masuk ke ranah toko konvensional yakni interaksi. Itu sangat penting. Everlane saja buka toko padahal mereka e-commerce besar," ungkapnya.

Ubah kurikulum

Fandi mengaku jika Locale juga sudah memiliki jaringan online seperti Line tetapi dirinya yang memegang kendali sehingga interaksi dengan pelanggan tetap terjaga.

Sedikit informasi, Locale merupakan brand lokal yang didirikan di Jakarta oleh Fandi Achmad dan Anggata pada 2012 dengan konsep casual street style.

Saat ini Locale ada di gerai toko di tujuh kota besar di Indonesia dan dua di Singapura. Sedangkan, Evelane adalah brand asal AS yang didirikan oleh Michael Preysman yang menjual kaos, denim dan sepatu melalui daring.

Tak hanya itu, Fandi juga mengkritisi kurikulum Indonesia yang harus diubah. Menurutnya saat ini harus ada mata pelajaran seperti digital marketing atau e-commerce.

Liverpool Juara Premier League Usai Hancurkan Manchester City, Pep Guardiola Akui...

Namun, ia menyadari kalau faktanya tidak mudah untuk mengganti kurikulum. Oleh karena itu, keberadaan platform seperti Circledoo sangat membantu.

"Memang sifatnya nonformal. Mereka membuka kelas dan mengundang pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya. Indonesia membutuh banyak enterprenuership," papar dia.

Lepas Jabatan Kapolda Kalsel, Irjen Pol Winarto Punya Jabatan Mentereng di BIN

Keberadaan Circledoo untuk menghubungkan antara educator/speaker seperti Locale dengan audience. Tujuannya memudahkan orang-orang berbagi keahliannya kepada kaum muda Tanah Air.

Ilustrasi wanita berhijab.

Banyak Barang Eksklusif! Bazar Glamlocal Diburu Hijabers, Catat Tanggal dan Tempatnya

Adela Umayrra selaku Event Manager Glamlocal menjelaskan, Glamlocal sendiri merupakan event bazar modest fashion apparel. Lalu, ada item apa saja yang bisa ditemukan?

img_title
VIVA.co.id
2 Desember 2024