E-Wallet Diklaim Bisa Tingkatkan Produktivitas
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Perusahaan rintisan yang bergerak di industri keuangan teknologi, atau bekennya startup fintech, di Indonesia sudah berkembang sejak 2013.
Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia, hingga kini sudah ada 165 fintech yang terdaftar, di mana 40 persennya bergerak di pembiayaan (e-money atau e-wallet), 34 persen fintech lending (pembiayaan gotong royong), 12 persen agregator (pengumpul data), serta sisanya yang mencapai 24 persen campuran.
Menurut data Bank Indonesia, jumlah uang elektronik (e-money) yang beredar tahun lalu mencapai 51,3 juta kartu. Volume transaksi melalu e-money mencapai 683,2 juta kali dengan nilai Rp7,1 triliun.
Ceruk pasar yang menggiurkan ini membuat Bank Muamalat tergiur untuk mengeluarkan produk berupa dompet elektronik atau e-wallet.
Sedikit informasi, pemain e-wallet di Indonesia di antaranya Doku, Telkomsel Cash atau T-Cash, BCA dengan Flazz dan Sakuku, Mandiri dengan Indomaret Card, serta Bank DKI melalui JakCard.
Head of E-Business Management Bank Muamalat, Andy Chairil Kamili, mengatakan, e-wallet akan diluncurkan tahun depan sebagai strategi untuk menjadi digital banking sehingga sistem layanan keuangannya menjadi terintegrasi.
"Kita sudah mengembangkannya sejak tahun ini. Baik sistem, aplikasi serta nasabah. Karena, kalau kita bicara e-money, maka tidak hanya nasabah kita, tapi meluas ke calon nasabah yang belum bisa menyentuh ranah perbankan yang berbasis syariah," kata Andy kepada VIVA.co.id, Selasa, 24 Oktober 2017.
Investasi Besar
Ia juga menegaskan, untuk perbankan syariah di Indonesia, Muamalat adalah yang pertama mengeluarkan fitur e-wallet. Namun, Andy enggan menyebut nilai investasi mengembangkan fitur ini.
"Yang pasti ini bukan investasi kecil. Sekarang masih dalam kajian. Intinya, bagaimana tahun depan kita bisa meningkatkan produktivitas. Salah satunya, ya menerbitkan e-wallet," papar Andy.
Selain produktivitas, dari sisi nasabah, Andy mengatakan bahwa perseroan tidak hanya ingin uang nasabahnya tidak pindah ke bank lain. Akan tetapi, nasabah yang memiliki uang di bank lain agar pindah ke Muamalat.
"Misalnya, dana nasabah yang tersimpan di kita Rp10 juta, sekarang bertambah menjadi Rp20 juta. Nah, ini yang kita jadikan fokus pendalaman. Tujuannya menciptakan banyak kegiatan transaksi di luar tabungan," tutur dia. (ren)
Saat ini, pertumbuhan nasabah bank syariah pertama di Indonesia ini mencapai 12 ribu setiap bulannya, termasuk nasabah haji dan umrah. (ren)