Startup Jerman Siap Dirikan Menara Telekomunikasi di Bulan

Ilustrasi Bumi dan Bulan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/

VIVA.co.id – Tak hanya Amerika Serikat, Rusia dan Eropa, namun China dan India serta Jepang, sedang berlomba mengirim manusia ke Bulan. Hal ini dipandang perusahaan rintisan (startup) asal Jerman sebagai bisnis yang bisa mendulang untung.

Ahmad Sahroni Dibuat Tercengang Lihat Kecanggihan Alat Sadap Milik Kejaksaan Agung

Mengutip situs Space.com, Senin, 14 Agustus 2017, startup bernama Part Time Scientist (PTS) berencana membangun menara telekomunikasi seluler pertama di permukaan Bulan.

Tujuannya memudahkan seorang astronaut menggunakan telepon seluler saat bertualang di permukaan satelit Bumi tersebut. PTS diketahui juga ikut dalam sayembara bertajuk Google Lunar X Prize untuk mengirim wahana pendarat di Bulan pada 2018.

5 Teknologi Global yang Harus Diadopsi di Indonesia

Menurut Kepala Pengembangan dan Pengintegrasian Elektronik PTS, Karsten Becker, wahananya akan dibekali dua unit rover atau kendaraan beroda empat khusus antariksa.

Selain itu, wahana besutan PTS ini akan menggandeng Vodafone agar dibekali teknologi LTE untuk mendukung stasiun komunikasi berbasis ponsel di permukaan Bulan.

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

"Kami ingin menyediakan layanan telekomunikasi komersial pertama di Bulan," ujarnya. Becker melanjutkan, menggunakan teknologi LTE untuk berkirim data jauh lebih efisien ketimbang menggunakan sistem komunikasi langsung di Bumi.

Ia menuturkan, teknologi komunikasinya itu akan dibawa ke luar angkasa oleh roket Falcon 9 milik perusahaan antariksa SpaceX pada akhir 2018.

Falcon 9 rencananya akan membawa roket milik PTS bernama Alina hingga ke orbit geostasioner, yang titik tertingginya berada di jarak 42 ribu kilometer dari permukaan Bumi.

"Dari situ Alina akan terbang mendekati Bulan sendiri. Kami akan mendarat di Bulan dan menurunkan dua buah rover, yakni Audi Lunar Quatro rover," ungkap Becker.

Kedua rover tersebut, pada dasarnya adalah ponsel yang mengirim video ke Alina yang berfungsi sebagai stasiun LTE. Alina akan mengirim data-data itu ke Bumi. "Keduanya juga menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan oleh panel surya untuk beroperasi," papar Becker.

Stella Christie

Perempuan sebagai Pelopor Inovasi Teknologi dan Kecanggihan AI, Wamen Dikti Saintek Tegaskan Tak Ada Perbedaan Gender

Kehadiran perempuan dalam industri teknologi turut menginspirasi generasi muda untuk mengejar karier di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika).

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024