Tolak Beasiswa S3 ke Inggris Demi Bantu Guru di Tanah Air
- www.aimsis.com
VIVA.co.id – Dalam perkembangannya, dunia pendidikan Indonesia masih menyisakan berbagai persoalan, seperti guru yang masih berkutat dengan cara konvensional, mulai dari daftar hadir murid, rapor, dan nilai ujian dengan menggunakan kertas dan pena. Padahal sebagian waktu itu bisa dimanfaatkan untuk memahami apa yang dibutuhkan pelajar di Indonesia.
Berawal dari persoalan tersebut, sebuah perusahaan rintisan (startup) digital bernama AIMSIS berupaya untuk mencoba menyelesaikan permasalahan pendidikan. Startup yang berbasis di Jakarta ini, mengaku dapat membantu bagi ‘pahlawan tanda tanda jasa’ tersebut..
Dengan memanfaatkan teknologi, AIMSIS yang bergerak di sektor edukasi software-as-as-sercive (SaaS), bisa memasukkan tugas-tugas pengulangan para guru ke dalam sistem otomatis. Sistem itu juga menyediakan ruang online guna memenuhi kebutuhan orang tua serta guru untuk berkomunikasi tentang pembelajaran murid.
AIMSIS menyediakan solusi untuk meniadakan ketergantungan terhadap email, flash drive, bahkan kertas-kertas tugas yang harus dibawa pulang oleh murid. Semua informasi akademik yang dibutuhkan orang tua dan pelajar akan terpusat melalui aplikasi AIMSIS dan dapat dilihat kapan saja.
Semua solusi itu berkat kreasi pemuda bernama Christophorus Bema Indrajid melihat problem ibunya sebagai seorang guru, yang terbebani oleh urusan administrasi. Bema melihat, ibunya harus bergulat seharian penuh untuk menyelesaikan persoalan administrasi sekolah.
Dengan bekal pendidikan S2 di Inggris yang telah dirampungkan, Bema melahirkan ide untuk mengatasi masalah pendidikan di Tanah Air dengan sentuhan teknologi.
"Kami benar-benar ingin mengurangi beban kerja administratif guru dengan kekuatan internet. Kami ingin agar guru bisa lebih fokus mengajar daripada mengerjakan pekerjaan administratif," jelas Bema dalam keterangan tertulisnya kepada VIVA.co.id, Jumat 12 Agustus 2016.
Hasrat untuk berikan solusi pendidikan di Indonesia, Bema tanamkan kuat-kuat dalam tekadnya, bahkan sampai ia rela menolak beasiswa S3 di Manchester, Inggris, demi menyelesaikan persoalan pendidikan Indonesia. Melalui AIMSIS, Bema mengungkapkan akan mempermudah jalur proses pendidikan dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan pelajar seperti yang terjadi di negara lain.
"AIMSIS dirancang untuk memfokuskan usaha dan perhatian murid serta guru di dalam kelas. Dengan melakukan otomatisasi untuk setiap murid di Indonesia," ucapnya.
Diketahui, sejak Februari 2013, AIMSIS telah mendapatkan dua kali investasi. Saat ini, tim AIMSIS sudah memiliki ribuan murid, orang tua, dan staf akademis yang mengandalkan aplikasi mereka.
(ren)