Begini Cara Kuasai Industri Game Dalam Negeri
- Pixabay/Monikabaechler
VIVA.co.id - Dunia game di Indonesia, kini punya hari istimewa. Tiap 8 Agustus, sudah dinyatakan sebagai Hari Game Indonesia (Hargai).
Penetapan Hari Game Indonesia itu dilakukan oleh Asosiasi Game Indonesia (AGI). Diharapkan, dengan adanya Hargai itu, bisa menjadi momentum untuk menata, mengembangkan ekosistem industri game di Tanah Air.
Dengan Hargai, komunitas game dalam negeri bersama pemerintah sudah menargetkan bisa menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar industri game di dalam negeri pada 2020.
Menanggapi hal itu, Presiden Indonesia eSport Assosiation, Eddy Lim menyambut baik penetapan hari game tersebut. Menurutnya, Hargai bisa bermakna, pemerintah mendukung industri game di Tanah Air.
Soal target tersebut, Eddy merasa pemerintah sudah menapaki tahap yang benar, yaitu menetaplan target.
Untuk menguasai pangsa pasar dan pendapatan dalam industri game dalam negeri memang butuh upaya keras. Eddy mengakui, tak mudah menyatukan pengembang dan penerbit game lokal. Terlebih lagi, jika kualitas game dari pengembang lokal masih kalah dari luar negeri.
"Semua harus maju bersamaan. Pada saat pengembang lokal sudah ada konten bagus yang dterima pasar, tanpa disuruh, penerbit juga akan mempublikasikannya," ujar Eddy kepada VIVA.co.id, Selasa malam, 9 Agustus 2016.
Dalam membangun konten game yang bagus, Eddy berpandangan, tidak ada salahnya untuk membuka diri dengan game luar negeri. Namun, dalam konteks ini, tidak terus menjadi konsumen game luar, tetapi menjadikan produk luar itu sebagai media latihan dan belajar meningkatkan kualitas.
Selain dari sisi pengembang dan penerbit, Eddy yang pernah mengelola World Cyber Games Indonesia dari 2002-2007 itu merasa perlu juga dorongan kemudahan akses bagi pelaku ekosistem game lokal.
Menurutnya, yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu melahirkan peraturan yang membangun pengembang lokal.
"Banyak kejadian pengembang lokal kena pajak, sedangkan pihak asing malah tidak kena pajak. Bagaimana bisa melawan? Kalau biaya, kita malah lebih besar dari mereka," tegasnya.
Berkaca dari China dan AS
Bentuk dukungan lain yang penting, kata Eddy, yaitu dari sisi riset dan pengembangan.
Dia mencontohkan keberhasilan Korea Selatan membangun ekosistem game. Di Negeri Ginseng, 20 tahun lalu, saat mulai membangun industri game, pemerintah Korea Selatan memberikan beasiswa untuk belajar di luar negeri yang industri game-nya sudah maju.
Kemudian, ketiga penerima beasiswa itu selesai kuliah dan kembali ke Korea Selatan, pemerintah langsung memfasilitasinya.
"Mereka balik ke Korea, tidak punya modal untuk buka usaha. Dan, dalam tahap awal ini, kemungkinan rugi sangat besar. Nah, pemerintah Korea mengetuk kepala para konglomerat untuk membantu," tuturnya.
Direktur Ligagame.com itu mengatakan, saoal strategi membangun ekosistem, Indonesia bisa berkaca dari China.
Di Negeri Tirai Bambu itu, pemerintah setempat mendukung komunitas teknologi meski dengan cara yang ekstrem, yaitu melarang masuknya Google. Tapi dampaknya, saat ini, perusahaan teknologi lokal, Baidu dan QQ, sudah menjadi perusahaan yang besar.
Pemerintah Indonesia, kata Eddy, juga bisa belajar dari sikap pemerintah Amerika Serikat, saat perusahaan asal Paman Sam, Apple, mendapatkan masalah di luar negeri.
"Saat Apple bermasalah, senator AS sampai bantu. Membantu dengan benar dilaksanakan, bukan pernyataan, atau sekedar omong-omong saja," katanya. (asp)