Chariot, Layanan Mirip Uber Khusus Kaum Hawa

Tiga wanita berjalan usai berbelanda di kawasan Massachusetts, AS
Sumber :
  • www.csmonitor.com

VIVA.co.id – Layanan transportasi berbasis online kian berkembang. Sebentar lagi akan diluncurkan layanan transportasi berbasis mobil khusus untuk kaum hawa. Layanan tersebut bernama Chariot.

Dikutip dari Christian Science Monitor, Selasa 12 April 2016, aplikasi Chariot muncul dari gagasan seorang pengemudi Uber, Michael Pelletz. Idenya yakni menciptakan layanan tumpangan kendaraan roda empat yang aman dan nyaman bagi pengguna wanita.

Pelletz, yang merupakan pendiri Chariot mengatakan gagasan menciptakan aplikasi khusus untuk kaum hawa itu muncul saat ia merasa tak nyaman mengantarkan penumpang pria. Setelah berdiskusi dengan istrinya dan beberapa penumpang Uber kaum hawa, maka ia akhirnya memutuskan menciptakan Chariot.

"Saya ingin menghadirkan cara yang lebih baik untuk menjaga keamanan orang. Khususnya penumpang dan pengemudi perempuan," kata dia dalam website aplikasi.

Chariot dijadwalkan akan diluncurkan pada pekan depan di Boston, Amerika Serikat.

Meski membawa semangat keamanan bagi kaum hawa, tapi layanan itu rawan digugat. Alasannya layanan Chariot diskriminatif, hanya memberikan layanan bagi kaum hawa saja.

Pengacara hak sipil setempat mengatakan di masa depan Chariot bakal rawan gugatan.

"Karena membatasi karyawan pada satu jenis kelamin, Anda mendapat gugatan hukum. Itu standar yang ketat. Aturan itu benar-benar sulit," jelas karyawan kantor hukum di Massachusetts, Joseph Sulman.

Terkait dengan 'ancaman' tersebut, Pelletz mengaku tak gentar. Ia meyakini langkah yang dilakukannya tidak mendiskriminasi jenis kelamin tertentu. Malah ia terkesan menantang gugatan yang akan dilayangkan.

"Kami tak sabar untuk menghadapinya. Kami ingin menunjukkan ada ketidaksetaraan dalam keamanan di industri kita. Kami berharap bisa membawa ini ke Mahkamah Agung AS untuk mengatakan jika menyangkut keamanan, tak ada salahnya menyediakan layanan bagi wanita," jelas dia.

Mau Jadi Driver Grab Harus Punya Lisensi, Biayanya Cuma Rp300 Ribuan

Guna memastikan keamanan layanan, Chariot telah menyeleksi pengemudinya secara ketat. Dikatakan pengemudi Chariot telah harus lolos pengecekan latar belakang melalui program Safer Places yang terkenal. Selain itu, pengemudi juga harus lolos pengecekan catatan kriminal Criminal Offender Record Information (CORI), sebuah pengecekan yang telah lazim diterapkan di tempat penitipan anak dan Pendidikan Anak Usia Dini.

Kemudian dalam teknis pemesanan, begitu calon penumpang Chariot, maka akan mendapatkan kode kata khusus. Sementara pengemudi juga akan mendapatkan kode khusus yang sama. Dengan demikian, penumpang bisa memastikan dia mendapatkan pengemudi yang seharusnya.

Misteri Suntikan Dana Baru untuk Grab

Cara tersebut diklaim lebih aman dibandingkan komunikasi pengemudi-penumpang pada layanan Uber, Lyft dan lainnya.

Uber memang beberapa kali terjerat masalah keamanan bagi penumpang wanita. Pada Oktober tahun lalu, dua orang wanita menggugat Uber karena menipu usai keduanya mendapat serangan seksual dari pengemudi Uber. Belum lama ini Uber juga mendapat gugatan atas klaim 'tumpangan paling aman di jalanan' dan kategori 'standar emas' bagi pengecekan latar belakang pengemudi mereka.

Nunggu Orderan Grab Sambil Ngenet Gratis, Kenapa Tidak

Di India juga, Uber juga pernah mendapat kasus. Pengemudi Uber dikatakan bersalah setelah menculik dan memerkosa penumpang wanitanya.

Selain keamanan, Chariot juga memberikan kenyamanan dengan memastikan tidak akan pernah bermain dengan lonjakan harga layanan. Layanan itu juga berkomitmen mendonasikan 2 persen tiap proses pendapatannya kepada kegiatan alam yang fokus untuk kaum hawa.

Layanan Uber.

Nyerah karena COVID-19, Aplikasi Transportasi Online Pilih PHK Massal

Aplikasi transportasi online itu PHK 3.700 karyawan.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2020