Bangga! Indonesia Miliki Fintech Syariah Terbanyak di Dunia
- Anisa Aulia/VIVA.
VIVA Tekno - Asia Tenggara sudah menjadi rumah bagi lingkungan fintech (financial technology) yang berkembang pesat, di mana Grab, GoTo, dan Sea Group telah membangun aplikasi super yang mencakup layanan keuangan.
Perusahaan rintisan atau startup seperti Xendit, Akulaku, serta Dana telah mengumpulkan ratusan juta dolar AS untuk pembayaran, layanan perbankan, dan alat keuangan lainnya.
Indonesia dan Malaysia yang ada di jantung Asia Tenggara adalah salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Faktor ini membuktikan lahan subur untuk membangun dan menumbuhkan fintech yang berfokus secara eksklusif pada keuangan Islam menawarkan produk dan layanan yang mengikuti hukum syariah, di antaranya melarang bunga, melarang dan membiayai produk non-halal seperti daging babi, tembakau dan alkohol.
Menurut Bank Dunia, Indonesia memiliki perusahaan fintech syariah terbanyak di dunia, kemungkinan karena Indonesia juga merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 231 juta.
Beberapa startup fintech syariah utamanya termasuk platform pinjaman peer-to-peer dan bank digital Hijra (sebelumnya dikenal sebagai Alami), bank online Bank Aladin hingga LinkAja juga masuk ke dalam ekosistem.
GoPay milik Gojek juga bermitra dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk memungkinkan pengguna melakukan zakat, atau sedekah wajib secara online, dikutip dari situs Tech Crunch, Jumat, 28 April 2023.
Sementara di Malaysia, di mana 61,3 persen dari 33,6 juta penduduknya beragama Islam, dihuni perusahaan fintech yang berfokus pada keuangan Islam, yakni platform crowdfunding Ethis Ventures dan platform investasi Wahed, yang merupakan satu-satunya platform penasehat robo yang mematuhi syariah di negara tersebut.
Sementara itu Funding Societies, platform pinjaman digital UKM yang didukung oleh SoftBank Vision Fund II, baru-baru ini meluncurkan produk pembiayaan yang sesuai dengan syariah dan menawarkannya sebagai produk standar untuk semua pelanggannya di Malaysia.
Hukum syariah menyerukan pendekatan berbeda untuk layanan keuangan. Sementara itu bank konvensional juga meluncurkan produk untuk pelanggan Muslim. Seiring dengan semakin banyaknya startup fintech syariah yang mendigitalkan prosesnya, layanan yang sesuai menjadi dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Didirikan pada 2014, Blossom Finance pertama kali ditujukan untuk pengusaha muslim di Amerika Serikat (AS). Ini merupakan platform pembiayaan mikro yang menghubungkan investor dengan usaha kecil menggunakan mudarabah, perjanjian bagi hasil yang sesuai syariah.
Pendirinya Matthew Joseph Martin menyadari bahwa startup tersebut, yang didukung oleh investor seperti Boost VC dan Tim Draper, melayani pasar yang relatif khusus di Amerika Serikat. Jadi dia mulai meneliti pasar dengan populasi besar orang Muslim. Indonesia muncul sebagai pilihan terbaik.
Benih Blossom Finance dibangun ketika Martin menjalankan proyek di AS yang memungkinkan orang membeli Bitcoin. Dia mengalami masalah piutang dan cara biasa untuk membiayai piutang tunai adalah dengan mendapatkan jalur kredit atau pembiayaan piutang dari bank.
Namun, sebagai seorang Muslim yang taat, Martin tidak dapat menggunakan pinjaman konvensional. Tapi dia juga tidak bisa menemukan opsi lain di negeri Paman Sam itu.
Setelah mempelajari lebih dalam tentang prinsip-prinsip keuangan syariah, Martin meluncurkan Blossom Finance, sebuah platform yang menghubungkan investor dengan bank mikro, yang pada penyaluran penyaluran pembiayaan usaha syariah kepada mikro.