Startup Proptech Ini Tawarkan Solusi untuk Ekspansi

Ilustrasi teknologi di industri properti.
Sumber :
  • @VestaBuyToLet

VIVA Tekno – Perusahaan rintisan berbasis teknologi properti (startup proptech) yang juga induk usaha Rumah.com, PropertyGuru, menunjukkan kinerja baik meski menghadapi beberapa tantangan dalam transisi yang terus mempengaruhi pasar-pasar utama di sepanjang 2022.

Bursa Asia Anjlok Tertekan Kenaikan Inflasi Jepang

Salah satu tantangannya kenaikan suku bunga dan intervensi pemerintah terhadap kredit yang dinilai membebani aktivitas pasar, terutama properti.

Chief Executive Officer and Managing Director PropertyGuru Hari V Krishnan memandang jika kenaikan suku bunga, inflasi global, dan aktivitas fiskal pemerintah merupakan tantangan yang perlu dinavigasi dalam waktu dekat.

IHSG Diprediksi Datar, Intip 5 Rekomendasi Saham dari Analis

Oleh karena itu, PropertyGuru melakukan digitalisasi ekosistem properti dan menghadirkan transparansi serta efisiensi.

"Dua ribu dua puluh dua adalah tahun bersejarah karena kami mengambil langkah berani mencatatkan diri di Bursa Efek New York (NYSE). Kami melihat peluang besar di tahun ini sehingga terus menawarkan solusi yang berbeda kepada konsumen sembari mencari peluang untuk menggunakan modal mempercepat ekspansi," ungkap Hari, melalui keterangan resminya, Jumat, 10 Maret 2023.

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Suku Bunga Korea Selatan dan Inflasi AS Jadi Sorotan

Chief Executive Officer and Managing Director PropertyGuru Group, Hari V Krishnan.

Photo :
  • Dok. PropertyGuru

Soal kinerja, PropertyGuru mengumumkan laporan keuangan untuk kuartal keempat yang berakhir pada 31 Desember dan di sepanjang 2022.

Pendapatan startup proptech dan induk usaha Rumah.com itu mengalami kenaikan pendapatan sebesar 17 persen secara tahunan pada kuartal keempat dan naik 35 persen sepanjang tahun lalu.

Total pendapatan di 2022 meningkat 35 persen ke US$136 juta (Rp2,1 triliun) di 2022, dengan lebih dari 20 persen pertumbuhan tahunan di semua segmen.

EBITDA yang disesuaikan sebesar S$14 juta (Rp160 miliar) pada tahun lalu, meningkat US$25 juta (Rp285 miliar) dari kerugian senilai S$10 juta (Rp114 miliar) di 2021.

Sementara EBITDA yang disesuaikan untuk segmen marketplace di 2022 meningkat 2,6x lipat dibanding tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya