Pola Kerja WFA, Bikin Untung atau Buntung?
- WSJ
VIVA – Gaya kerja hybrid yang menggabungkan antara bekerja tatap muka di kantor (work from office/WFO) dan bekerja dari rumah (work from home/WFH), diprediksi masih akan berlanjut meski pandemi COVID-19 mulai melandai. Bahkan, kini muncul bekerja dari mana saja (work from anywhere/WFA).
Pola WFA dinilai menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik bagi karyawan dan bagi perusahaan. Di mata Direktur Utama Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, saat ini pandemi telah bergeser menjadi endemi. Namun, masyarakat masuk ke dalam era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) yang penuh ketidakpastian.
"Nah, untuk menjawab tantangan VUCA, kita perlu VUCA 2.0 yaitu vision, understanding, courage, dan adaptability. Kami melihat WFA merupakan salah satu langkah untuk bekerja dengan lebih inovatif, cerdas, keras, dan mengadopsi teknologi dengan baik," kata dia, Sabtu, 18 Juni 2022.
Menurut Teguh, pola kerja dari mana saja atau work from anywhere (WFA) bagi karyawan sebagai langkah transformasi perusahaan menuju fully digital pertama di Indonesia.
Selama masa pandemi COVID-19, ia mengaku Alita terus melakukan kegiatan bekerja dari rumah (WFH) mengikuti kebijakan pemerintah.
Selama hampir 3 tahun ini terbukti pola kerja tersebut berhasil meningkatkan produktivitas kerja hingga 50 persen dan menurunkan biaya operasional kantor hingga 70 persen.
Teguh menilai diperlukan visi, pemahaman, keberanian, dan kemampuan adaptasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang seimbang.
“Komunikasi tetap dijaga melalui berbagai saluran komunikasi, salah satunya intranet go beyond untuk memudahkan karyawan dalam bekerja dari mana saja," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Head of Corporate and Marketing Communication Alita Praya Mitra, Fita Indah Maulani, mengaku sudah menerapkan standard internasional dalam keamanan informasi dengan Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi atau lebih dikenal dengan Information Security Management Systems (ISMS) ISO 27001 untuk perusahaannya.
Sertifikasi ISMS merupakan gambaran bagaimana perusahaan dapat melindungi serta memelihara kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi.
"Sertifikasi ini diperoleh atas komitmen perusahaan dalam mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi. Standard operasional prosedur perusahaan harus berjalan sesuai dengan standard keamanan siber, salah satunya mengacu pada ISO 27001," tutur dia.
PT Alita Praya Mitra saat ini telah mengantongi tiga standard internasional melalui sertifikasi ISO, yaitu ISO 9001:2015, ISO 45001:2018, dan ISO 27001:2013. ISO 9001:2015 merupakan sertifikasi yang berorientasi pada layanan pelanggan dan standard manajemen mutu.
ISO 45001:2018 merupakan satu standard internasional yang memberikan arahan untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3). ISO 27001:2013 merupakan suatu standard internasional penerapan sistem manajemen kemanan informasi.