Indonesia Lahan Subur Startup, Kok Bisa PHK Massal?
- Business 2 Community
VIVA – Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di perusahaan rintisan atau startup sedang marak di Indonesia. Tercatat, startup yang melakukannya adalah Fabelio, JD.ID, Tanihub, Zenius, LinkAja, Lummo, dan Line Today.
Penyesuaian bisnis menjadi alasan utama bagi mereka untuk PHK para karyawannya. Indonesia merupakan lahan subur untuk tumbuh dan berkembangnya startup. Berdasarkan laporan Startup Ranking, jumlah startup di Tanah Air pada 2022 mencapai 2.364 perusahaan dan berhasil menduduki posisi ke-5 dunia setelah AS, India, Inggris, dan Kanada.
Selain itu, tidak sedikit startup asal Indonesia yang berstatus unicorn, atau perusahaan dengan valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14,3 triliun. Menurut laporan dari perusahaan modal ventura Cento Ventures, startup unicorn Indonesia adalah Bukalapak, GoTo, Ajaib, Akulaku, Codapay, dan Xendit.
Direktur Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) I Nyoman Adhiarna menganggap fenomena ini merupakan hal yang biasa. Menurutnya, fenomena bubble burst, atau kondisi bisnis yang cepat mengalami kenaikan tapi cepat mengalami penurunan, sudah sepatutnya bagi para pelaku startup untuk dapat menyesuaikan diri.
Meski begitu, ia menganggap hal ini harus tetap disikapi secara serius mengingat hingga saat ini pemerintah masih belum memiliki kebijakan terkait hal tersebut.
"Kita belum punya kebijakan terkait hal itu. Tapi saya melihat ini fenomena bisnis yang biasa, ya, pada saat terjadi winters atau bubble burst tentu saja para pelaku startup ini harus bisa menyesuaikan diri," katanya kepada VIVA Tekno.
Senada, Ketua Tim Business Matchmaking Luat Sihombing mengatakan, pemerintah melalui Kominfo, sudah melakukan beberapa langkah dalam membangun ekosistem startup yang lebih kokoh di Indonesia. Salah satunya Hub.id, yang diklaim akan mendorong sinergitas dan kolaborasi antara startup dengan berbagai stakeholder.
"Program ini mendorong startup untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder. Saya yakin Hub.id sangat tepat dalam menjawab fenomena winters atau bubble burst," klaim Luat.
Sementara Juru Bicara Kominfo Dedy Permadi mengatakan iklim pendanaan startup saat ini memang menjadi lebih kompetitif, sehingga para investor cenderung memperhatikan sisi profitabilitas, tidak lagi hanya menilai valuasi volume transaksi atau penjualan startup.
"Brand awareness dan loyalitas konsumen jadi kunci untuk para startup bertahan. Ini juga untuk mendorong profitabilitas," tutur dia. Saat ini, Kominfo sudah menyiapkan program peningkatan membantu startup menghadapi gejolak perekonomian dunia, yaitu Sekolah Beta dan 1000 Startup Digital, Startup Studio Id, dan terbaru, Hub.id.
Senada, COO and Portfolio Director MDI Ventures GN Sandhy Widyasthana menilai fenomena PHK massal di startup merupakan hal yang biasa dan dapat terjadi di mana saja.
Ia juga melihat PHK merupakan sebuah konsekuensi dari keputusan bisnis yang harus dilakukan pada saat perusahaan merugi atau melakukan pergeseran fokus bisnis atau evaluasi business model.
"Tren PHK di startup karena mereka dituntut lebih fokus terhadap profitabilitas, evaluasi business model, dan disiplin mengatur cashflow demi kelangsungan perusahaan di masa depan," ujar dia kepada VIVA Tekno.
Sandhy mengatakan jika MDI Ventures dalam menyeleksi startup selalu melalui beberapa proses. Mulai dari proses pengecekan terhadap kriteria performa dan pertumbuhan dari startup itu sendiri, serta membaca potensi sinergi apa yang bisa dimunculkan oleh startup tersebut dengan mereka, Telkom Group dan BUMN.
Informasi saja, MDI Ventures merupakan venture capital milik Telkom Group. Ketika ditanyai apa langkah yang harus diambil untuk memperbaiki dan mencegah startup PHK massal, Sandhy menjawab startup harus mampu mengatur finansial dan para investor juga harus membantu startup untuk memvalidasi bisnis mereka.
"Kemampuan untuk bertahan selama 12-24 bulan ke depan merupakan suatu keharusan bagi startup dalam menjalankan bisnisnya. Dari sudut pandang investor, kita harus membantu memvalidasi bisnisnya sehingga punya traction yang besar dan tidak terjadi bubble burst," papar Sandhy.