Selamat! Grab Resmi Melantai di Bursa Amerika
- Mime Asia
VIVA – Grab resmi melantai di Bursa Efek New York, Amerika Serikat (AS), Nasdaq, pada Kamis, 2 Desember 2021 pukul 21.25 WIB atau pukul 09.25 waktu AS. Rival Gojek di Asia Tenggara itu menggunakan kode emiten GRAB.
Saham Grab dibuka di level US$13,08 per saham pada pembukaan perdagangan di Bursa Nasdaq pukul 09.30 waktu AS atau 21.30 WIB. Sementara pada 21.45 WIB, saham GRAB masih menguat 8,63 persen di US$11,96.
Mulusnya perjalanan Grab melantai di bursa Nasdaq tak lepas dari aksi merger yang dilakukan Grab dengan Altimeter.
Sebelumnya, pada April 2021, Grab telah mengumumkan akan melakukan merger dengan Altimeter Capital Markets, sebuah perusahaan akuisisi bertujuan khusus/cek kosong (SPAC) yang berbasis di AS.
Kabar terbaru dari situs resmi Nasdaq, proses merger Grab-Altimeter tersebut telah rampung dilakukan.
Penggabungan bisnis Grab dan Altimeter telah direstui oleh pemegang saham Altimeter dalam rapat khusus yang diadakan pada 30 November 2021.
Karena itulah, saham Grab dijadwalkan bisa diperdagangkan di Nasdaq pada 2 Desember 2021. Menurut Nasdaq, merger Grab-Altimeter tersebut mendatangkan pendapatan kotor sebesar US$4,5 miliar (sekitar Rp64,5 triliun) untuk Grab.
Di samping itu, merger Grab-Altimeter juga mencetak nilai private investment in public equity (PIPE) sebesar US$4 miliar atau setara Rp 57,3 triliun.
Investasi itu berasal dari investor seperti Temasek, BlackRock, Counterpoint Global (Morgan Stanley Investment Management), Fidelity International, dan Janus Henderson Investors.
Sementara itu, perusahaan asal Indonesia yang turut membekingi Grab adalah Djarum, Emtek, dan Sinar Mas.
Menurut Nasdaq, angka pendapatan kotor dan PIPE yang dicatatkan Grab ini menjadi yang terbesar yang pernah dicetak perusahaan asal Asia Tenggara, ketika debut di pasar saham AS.
Keputusan Grab untuk melantai di bursa saham AS didorong oleh performa bisnis yang prima di 2020, meski diwarnai dengan pandemi COVID-19.
Kala itu, perusahaan asal Singapura ini mencatat pendapatan sekitar US$12,5 miliar (sekitar Rp183 triliun) sepanjang tahun lalu, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.