Investor Harus Hati-hati Beli Saham Unicorn
- GPG International
VIVA – Investor ritel di pasar modal diminta tetap berhati-hati dalam berinvestasi pada saham perusahaan rintisan atau startup berbasis teknologi digital dengan valuasi lebih dari US$1 miliar atau disebut unicorn, karena memiliki karakteristik bisnis yang berbeda perusahaan lainnya.
“Kita harus berhati-hati sebelum membeli saham unicorn. Kalau sudah memutuskan masuk ke saham IPO, apalagi unicorn, potensi fluktuasinya sangat tinggi. Tidak hanya saham unicorn, investor juga harus menyiapkan dana besar sesuai dengan konsekuensi,” kata Kepala Eksekutif Coffeemeetstock, Theo Derick, Kamis, 2 September 2021.
Menurutnya, hadirnya perusahaan unicorn bahkan decacorn menjadi peluang tersendiri bagi investor pasar modal untuk berinvestasi di saham-saham unicorn. Apalagi, fenomena penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) startup unicorn diprediksi akan berkembang ke depannya.
Tetapi, investor harus tetap memperdalam literasi dan edukasi terkait dengan pasar modal sebelum berinvestasi di saham-saham unicorn tersebut. Ia menjelaskan, perusahaan unicorn memiliki pendekatan yang berbeda dari perusahaan-perusahaan lain yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Theo menambahkan, perusahaan teknologi digital melihat prospek dan pertumbuhan di masa depan. Untuk itu, ungkap dia, sebelum membeli saham perusahaan unicorn, investor ritel tetap bisa melihat prospektus perusahaan di laman BEI.
Selain itu, secara taktikal investor ritel bisa melakukan penyesuaian budget sekitar 10-20 persen dari dana investasi untuk belajar dan melihat perkembangan dan mendukung perusahaan teknologi digital di Indonesia.
“Setelah dana anggaran sudah tersedia, kemudian lihat performanya perusahaan dalam setahun. Setelah laporan keuangan perusahaan diumumkan, maka bisa dilanjutkan dengan penilaian terhadap bagaimana perusahaan mengelola dana hasil IPO, apakah akan menambah investasi atau tidak,” kata dia.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menyatakan beberapa startup berstatus unicorn dan decacorn dalam waktu dekat akan melakukan IPO di BEI. Tentu ini berpotensi mendongkrak market cap saham emiten, menarik lebih banyak investor, termasuk asing, serta menggairahkan perdagangan saham di bursa dalam negeri.
Perusahaan rintisan atau startup yang telah berhasil melakukan IPO adalah Bukalapak dengan melepas sahamnya sebanyak 25,7 miliar saham dengan total nilai IPO sebesar Rp21,9 triliun.
Menurut catatan, setelah Bukalapak, GoTo yang merupakan entitas gabungan Gojek dan Tokopedia dikabarkan akan menyusul untuk melakukan IPO pada 2021. Selain GoTo yang berstatus decacorn, empat unicorn dan lima centaur (calon unicorn) juga disebut tengah bersiap melantai juga di bursa antara lain Traveloka, JD.ID, J&T Express, dan OVO.
Sementara jumlah perusahaan centaur mencapai 27 yang beberapa di antaranya adalah Halodoc, Dana, Modalku, Ralali, Akulaku, Kredivo, dan Blibli. Decacorn merupakan perusahaan startup yang memiliki valuasi US$10-100 miliar.
Sedangkan unicorn adalah perusahaan startup yang memiliki valuasi US$1-10 miliar, dan centaur adalah perusahaan rintisan atau startup dengan valuasi US$100 juta sampai US$1 miliar. (Ant)