Startup Lokal Sukses Ubah Serat Pisang Jadi Karpet, Siap Dikirim ke AS
- Freepik
VIVA – Masyarakat Uganda biasanya makan banyak pisang. Kini, perusahaan rintisan atau startup lokal bernama TexFad berinovasi membuat bagian tanaman yang biasa dibuang agar lebih bernilai.
Menurut Pendiri dan Direktur Pelaksana TexFad, Kimani Muturi, memanfaatkan serat pisang alami untuk menghasilkan barang-barang ramah lingkungan seperti karpet dan hair extension yang dapat terurai secara alami.
Baca: Bukalapak Diguyur Rp3,4 Triliun, Ada Peran Konglomerat Indonesia
Ketika petani mengambil pisang dari pohonnya, mereka biasanya meninggalkan batang yang besar dan bulat yang akan membusuk dan dibuang. TexFad mengekstraksi serat dari bagian batang yang biasanya dibakar atau dibuang oleh petani.
"Ketika saya melihat sekeliling, saya melihat bahwa pisang tumbuh subur di negeri ini. Uganda menghasilkan banyak limbah dari kebun pisang," kata dia, seperti dikutip dari situs TRT World, Minggu, 18 April 2021.
Ia juga mengaku sedang bereksperimen dengan berbagai penggunaan serat pisang, memproduksi karpet dan produk hair extension untuk pasar. "Hair extension yang kami buat sangat mudah terurai secara alami," tuturnya.
Setelah digunakan, lanjut Kimani, para wanita akan mencopot dan menguburnya di tanah dan itu akan menjadi pupuk kandang untuk tumbuhan mereka. TexFad juga sedang menguji proses pembuatan serat pisang sehalus kapas sehingga bisa digunakan untuk pembuatan pakaian.
Baru-baru ini di pabrik TexFad di Mukono, sebelah timur Kampala, ibu kota Uganda, para pemuda menumpuk batang pohon pisang sebelum membelahnya menjadi dua dengan parang dan memasukkannya ke dalam mesin.
Dari situ tercipta serat-serat kasar panjang yang dijejer untuk dikeringkan sebelum diproses dan digunakan untuk membuat karpet dan hair extension. Kimani memperkirakan TexFad akan membuat 2.400 karpet tahun ini, lebih dari dua kali lipat produksi tahun lalu sehingga meningkatkan pendapatan.
Startup lokal yang kini memiliki 23 karyawan itu telah menghasilkan pendapatan sekitar US$41 ribu (hampir Rp600 juta) pada tahun lalu, dari hasil penjualan sejak TexFad diluncurkan pada 2013. "Kami akan mengekspor karpet untuk pertama kalinya bulan Juni besok ke pelanggan di Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada," paparnya.
Ia juga berpendapat bahan organik yang ringan dapat menggantikan beberapa serat sintetis dan digunakan untuk membuat produk kertas seperti uang kertas di antara berbagai kemungkinan pemanfaatan. "Serat pisang adalah serat masa depan," tegas Kimani.