Bukalapak Diguyur Rp3,4 Triliun, Ada Peran Konglomerat Indonesia

Pergantian CEO Bukalapak dari Achmad Zaky ke Rachmat Kaimuddin.
Sumber :
  • Bukalapak

VIVA – Startup unicorn Indonesia, Bukalapak, berhasil mengumpulkan US$234 juta (Rp3,4 triliun) dalam putaran pendanaan yang dipimpin oleh Microsoft, GIC Wealth Fund, dan konglomerat Indonesia PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek/EMTK).

Pengguna Meningkat, BMoney Kenalkan Privilege Lounge untuk Para Investor

Bukan hanya tiga, tapi putaran pendanaan ini juga partisipasi dari Standard Chartered, SC Ventures, serta perusahaan teknologi Korea Selatan Naver Corp. Mengutip situs Kr-Asia, Jumat, 16 April 2021, Bukalapak saat ini berencana untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Baca: Berbagai Cara Dilakukan Digital Savvy untuk Adaptasi Selama Pandemi

Berapa Iuran BPJS Kesehatan? Cek Rincian Biaya dan Cara Pembayarannya!

Sebagai bagian dari rencana tersebut, Bukalapak diketahui telah menggandeng Mandiri Sekuritas sebelum melakukan merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau cek kosong (SPAC) di Amerika Serikat (AS).

Raksasa teknologi AS, Microsoft, sebelumnya menginvestasikan US$100 juta (Rp1,45 triliun) di Bukalapak pada November 2020. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Bukalapak mengadopsi Microsoft Azure sebagai platform berbasis awan (cloud) pilihannya.

10 Ide Usaha Sampingan Modal Kecil yang Menguntungkan: Dari Rumah Aja Bisa Cuan!

Pada awal tahun ini, Standard Chartered juga mengumumkan kemitraan dengan Bukalapak untuk menyediakan layanan keuangan digital kepada basis pelanggan. Sama seperti perusahaan teknologi lainnya di Asia Tenggara, Bukalapak memiliki gairah untuk segera go public.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kepala Eksekutif Bukalapak, Rachmat Khaimuddin, yang mengatakan bahwa tahun ini akan menjadi waktu yang tepat melantai di pasar saham, karena ia melihat pertumbuhan signifikan Bukalapak selama pandemi COVID-19.

Saat ini, Bukalapak mempunyai 100 juta pengguna, 7 juta mitra, dan dilaporkan valuasinya mencapai lebih dari US$2,5 miliar (Rp36,4 triliun) pada 2019. Platform tersebut menghadapi persaingan yang ketat dari sesama e-commerce unicorn, yakni Tokopedia dan Shopee dari Singapura yang juga anak usaha Sea Group.

Pada Maret 2021, Bukalapak ingin memasuki pasar di Filipina. Berita lainnya adalah Grab mengumumkan merger dengan Altimeter Growth Corporation dalam kesepakatan yang akan memberi valuasi decacorn pertama di Asia Tenggara senilai US$39,6 miliar.

Rivalnya, Gojek juga dilaporkan sudah mencapai titik temu untuk merger dengan Tokopedia yang valuasinya akan mencapai US$18 miliar. Keduanya pun potensi melakukan listing ganda di Jakarta (BEI) dan New York (Nasdaq).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya