Grab dan Gojek Terancam
- Ken Kobayashi/Nikkei Asia
VIVA – Grab dan Gojek, dua pemain ride-hailing di Asia Tenggara, lagi terancam oleh kehadiran AirAsia. Maskapai penerbangan berbiaya rendah tersebut akan masuk ke pasar ride-hailing setelah sebelumnya sudah terjun ke layanan pengiriman makanan sejak pandemi COVID-19 merebak pada tahun lalu.
Hal itu diungkapkan sendiri oleh Pendiri dan Kepala Eksekutif Grup AirAsia, Tony Fernandes. Ia menjelaskan bahwa perusahaannya telah mempercepat proses perpindahan ke ruang digital dalam satu tahun terakhir. Menurutnya, pendorong utama transformasi digital AirAsia adalah logistik.
Baca: Siap-siap Dicabut Nyawa oleh WhatsApp
Tony mengkonfirmasi rumor mengenai keinginannya masuk ke bisnis ojek online tapi masih merahasiakannya kapan akan diluncurkan. Ia juga mengaku tidak terpengaruh dengan nama besar Grab dan Gojek serta mengklaim tidak terlambat untuk masuk ke industri tersebut.
“Kami tidak meluncurkan layanan ride-hailing pada awal pandemi COVID-19. Tapi kami akan muncul di akhir. Pasar menginginkan persaingan. Ketika kami membeli AirAsia dengan hanya dua pesawat, Malaysia Airlines memiliki pangsa pasar 98 persen," ungkap Tony, seperti dikutip dari situs Soya Cincau, Selasa, 6 April 2021.
Pria bersahaja berusia 56 tahun ini menambahkan ada keuntungan jika menggabungkan bisnis maskapai penerbangan dengan layanan ride-hailing. Sebab, mereka yang memiliki penerbangan dengan AirAsia tidak perlu lagi memesan taksi lantaran sudah ada dalam satu paket.
Biaya masuk ke pasar ride-hailing juga disebut Tony rendah, karena dirinya bukan orang pertama yang main di pasar tersebut. "Itu sama ketika saya memulai AirAsia. Saya bukan orang pertama yang memulai maskapai penerbangan berbiaya rendah. Ryanair dan Southwest sudah melakukannya. Saya belajar dari keduanya," jelas dia.
Tony Fernandes juga blak-blakan kalau dirinya belajar bisnis ride-hailing dari Grab, sehingga tidak perlu membuang banyak uang dengan melakukan eksperimen, membangun teknologi, melatih mitra pengemudi dan pasar bagaimana caranya memesan kendaraan.
"Ini karena masyarakat sudah familiar dengan ride-hailing. Model bisnis ini sudah terbentuk. Semua orang di Malaysia tahu bagaimana cara menggunakannya. Kami ingin menjadi pengantar pesan terbaik di kota daripada hanya sekadar mengantarkan makanan," tegasnya.
Tony menambahkan jika AirAsia berencana untuk mengumpulkan lebih banyak modal untuk mendanai bisnis digitalnya. Ia pun mengklaim saat ini telah memiliki investor yang sudah menyatakan minat untuk berpartisipasi. "Tunggu saja tanggal mainnya," kata dia.