Mau Jadi Petani Makmur, Jangan Gaptek
- ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVA – Indonesia merupakan rumah untuk lebih dari 30 juta petani. Sektor pertanian menyumbang 14 persen dari PDB Indonesia atau setara US$140 miliar (Rp2 ribu triliun lebih) dengan pertumbuhan 8 persen setiap tahunnya.
Sektor ini sangat terfragmentasi sehingga menciptakan rantai pasok pangan yang tidak efisien dan mengakibatkan pendapatan petani berkurang. Perusahaan rintisan berbasis teknologi pertanian, Eden Farm, ingin memaksimalkan pendapatan petani melalui perampingan rantai pasok pangan.
Menurut Kepala Eksekutif Eden Farm, David Setyadi Gunawan, tidak hanya pendapatan tapi juga siap mendistribusikan produk pertanian berkualitas dan terjangkau kepada pengusaha kuliner di Indonesia.
Startup agritech yang berdiri sejak 2017 itu melayani lebih dari 25 ribu pedagang yang terdiri dari UMKM kuliner, hotel, restoran, kafe, pasar tradisional, reseller, dan startup di 12 kota dan 3 kabupaten di Pulau Jawa. Dari sisi suplai, Eden Farm didukung lebih dari 1.500 petani individu dan kelompok dari Pulau Jawa dan Sumatera.
"Jumlah ini kami perkirakan terus bertumbuh secara eksponensial di tahun ini dengan didukung oleh keahlian Eden Farm dalam menemukan dan membina hubungan dengan petani strategis," kata David, Sabtu, 20 Maret 2021.
Dengan didukung oleh sistem operasi yang mutakhir dan berbasis data, ia mengaku mampu menciptakan rantai pasok bahan baku yang sangat efisien dari petani sampai dapur pengusaha kuliner serta menghasilkan margin yang positif dan terus bertumbuh.
Eden Farm sudah melayani kota dan kabupaten di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Bandung, Bandung Barat, Cimahi, Semarang, dan Surabaya melalui aplikasi yang dapat diunduh di Google Play maupun App Store.
David juga menuturkan bahwa startupnya secara resmi mengumumkan penutupan pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin oleh Investible diikuti AC Ventures dan Corin Capital. Seri pendanaan ini juga mendapat partisipasi dari investor individual yang strategis, baik lama maupun baru.
"Pendanaan seri ini akan digunakan untuk memperluas operasi Eden Farm ke seluruh pulau Jawa dan Sumatera, menambah pilihan SKU, memperluas lahan strategis yang diolah melalui program pendanaan petani, dan melanjutkan pengembangan teknologi untuk mengotomasi sebagian besar proses bisnis," jelas dia.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Investasi Investible, Daniel Veytsblit, menyebut Eden Farm memilah rantai pasok bahan pangan secara efisien dengan memberdayakan komunitas petani untuk menyediakan bahan pangan dengan metode JIT (Just In Time) atau tepat waktu untuk pengiriman kepada berbagai jenis usaha kuliner.
"Bisnis ini memiliki peluang luar biasa untuk menurunkan harga dan ketidakefisienan pangan di seluruh Indonesia. Kami tertarik pada pengalaman kewirausahaan yang mendalam dari para pendiri bisnis, serta visi mereka untuk menciptakan swasembada pangan di Indonesia," ungkapnya.
Managing Partner AC Ventures, Adrian Li, mengklaim Eden Farm berhasil menciptakan bisnis yang sulit ditiru karena memiliki jaringan petani yang kuat, jaringan konsumen dengan permintaan yang stabil, dan rantai pasok pangan yang efisien.
"Keunggulan ini memungkinkan para petani untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dan para pengusaha kuliner mendapatkan bahan pangan dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang baik," ujar Li.