Ada Penantang Grab Selain Gojek
- Mashable
VIVA – Operator taksi terbesar di Singapura, ComfortDelGro, Rabu, 3 Februari kemarin, memulai uji coba dalam versi beta layanan transportasi online (ride-hailing) untuk meningkatkan bisnis. Hal ini menambah daftar penantang Grab selain Gojek di negeri Singa.
Mantan mitra Uber itu mulai dengan sejumlah kecil unit mobil pribadi yang dijadikan taksi online untuk menguji penerimaan layanan serta membiarkan pengguna transportasi memilih opsi lewat aplikasi pemesanan taksi.
"Kami akan melakukan uji coba beta dengan 25 mitra pengemudi atau driver mobil pribadi. Kami terus memantaunya seiring berjalannya waktu," ujar Kepala Komunikasi Grup ComfortDelGro, Tammy Tan, seperti dikutip dari situs Nikkei Asia, Kamis, 4 Februari 2021.
Batch 25 mobil pribadi tersebut merupakan armada yang relatif kecil. Namun, kata Tan, ini merupakan langkah awal untuk menjadi perusahaan transportasi berbasis online.
Jumlah armada taksi online milik ComfortDelGro belum sebanding dengan 10 ribu taksi konvensional milik mereka yang bebas mengaspal di Singapura. Sementara Grab, yang menguasai pangsa pasar transportasi online di negara kota itu, awalnya tumbuh hanya sebagai operator ride-hailing.
Tapi kemudian, pesaing Gojek tersebut mulai melebarkan sayap bisnis hingga menjadi aplikasi super (super apps) dengan menawarkan portal seluler satu atap yang menyediakan berbagai layanan digital.
Program uji coba ini bukan kali pertama ComfortDelgro tergoda dengan aktivitas ride-hailing. Sebelumnya mereka bekerja sama dengan Uber melalui pengaturan yang memungkinkan taksinya dapat dipesan menggunakan platform Uber.
Namun, kerja sama itu buyar setelah Grab mengakuisisi operasional Uber di Asia Tenggara pada 2018. Kini, mereka kembali melirik bisnis tersebut. Meski begitu, ComfortDelgro tidak mengungkapkan secara terbuka berapa biaya komisi untuk driver ketika mengumumkan masuk ke bisnis ride-hailing.
Diversifikasi layanan ComfortDelGro dilakukan ketika Pemerintah Singapura akan mendongkrak perekonomiannya tahun ini setelah tahun lalu mengalami masa-masa sulit karena pandemi COVID-19.
"Bisnis kami kacau akibat kebijakan lockdown pemerintah pada tahun lalu untuk membendung penyebaran COVID-19. Kebijakan tersebut membuat semua orang harus tetap di rumah dan mengurangi penggunaan transportasi," ungkap Tan.