Penasaran sama Bank Digital ala Gojek
- Kr-Asia
VIVA – Aplikasi transportasi online Gojek resmi mengumumkan investasinya sebesar 22 persen di PT Bank Jago Tbk, yang merupakan bank berbasis teknologi di Indonesia. Pendanaan ini sebagai bagian dari rencana investasi jangka panjang dan kemitraan strategis untuk mendorong percepatan inklusi keuangan.
Tujuan utama dari kolaborasi strategis itu adalah menyediakan layanan perbankan digital melalui platform Gojek, sehingga jutaan pelanggan Gojek dapat membuka rekening Bank Jago dan mengelola keuangan lebih mudah lewat aplikasi pesaing Grab tersebut.
Baca: Ada Aplikasi Mirip Gojek dan Grab di Bekas Provinsi Indonesia
Satu sisi, manajemen Gojek menyatakan, pangsa perbankan digital di Indonesia sangat luas. Indonesia merupakan negara keempat terbesar di dunia dengan populasi masyarakat yang belum memiliki rekening bank (unbanked population).
Sebanyak 52 persen penduduk dewasa, atau sekitar 95 juta orang, tidak memiliki rekening bank dan lebih dari 47 juta penduduk dewasa tidak memiliki akses memadai pada kredit, investasi dan asuransi.
Pada sisi lain, penetrasi smartphone di Indonesia mencapai hingga 80 persen, di mana hal ini menandakan masyarakat Indonesia secara infrastruktur siap untuk perbankan digital.
Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, I Dewa Gede Karma Wisana mengatakan, saat ini bank digital menjadi tren sehingga apa yang dilakukan Gojek ini merupakan hal yang lumrah.
"Hampir semua bank sekarang sudah memiliki fitur dan layanan digital. Mungkin akan menarik seperti apa Bank Jago tampil dengan peran atau pengaruh Gojek yang berpengalaman dengan Gopay," kata dia kepada VIVA Tekno, Senin, 21 Desember 2020.
Dewa bahkan dibuat penasaran kira-kira layanan seperti apa yang ditawarkan Gojek dan Bang Jago. Apakah akan mirip seperti bank lain atau ada new approach atau pembaruan.
Pembaruan yang ditawarkan bisa jadi akan mengubah tren bank digital yang sudah ada selama ini yang mengacu kepada aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keingintahuan lainnya adalah bagaimana pesaing Grab itu akan menunjukkan ciri khasnya sebagai technology enabler di sektor keuangan bersama Bank Jago.
"Gojek harus memperhatikan identitasnya kalau mereka startup anak bangsa," tegasnya. Sementara itu, Grab mengumumkan kolaborasinya dengan operator telekomunikasi terbesar Singapura, Singtel, pada awal bulan ini untuk mendirikan bank digital.
Grab dan Singtel pertama kali membentuk konsorsium pada Desember 2019 untuk mengajukan izin bank digital. Grab memiliki 60 persen, sementara Singtel memegang 40 persen saham. Konsorsium tersebut bertujuan untuk meluncurkan bank digital pada awal 2022.
"Kemitraan strategis ini akan fokus melayani konsumen dan bisnis kecil, yang dimulai dengan professional, manager, executive and technician (PMET) muda yang kekurangan waktu, pekerja dengan pendapatan fleksibel, serta UMKM yang terbatas ke akses pembiayaan," demikian keterangan resmi Grab.
Bank digital menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk mendapat layanan perbankan lewat ponsel pintar; sehingga tak perlu selalu pergi ke ATM ataupun kantor cabang. Selain karena faktor kemudahan, bank digital juga menjadi pilihan karena biaya administrasi yang terbilang lebih sedikit daripada bank konvensional.
Meski Gojek masih belum resmi akan memiliki bank digital lewat Bank Jago, sudah ada sejumlah bank yang menawarkan layanan ini, yaitu Digibank milik Bank DBS, Jenius (Bank BTPN), PermataME (Bank Permata), D-Save (Bank Danamon), dan TMRW (Bank UOB).