Konsultasi Kesehatan Jiwa Meningkat saat Pandemi

Ilustrasi dokter/rumah sakit.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Selama Indonesia dilanda pandemi COVID-19, banyak masyarakat yang melakukan konsultasi terkait kesehatan jiwa. Hal itu diakui oleh Chief Marketing Officer Halodoc, Dionisius Nathaniel.

PasarPolis Lanjutkan Kemitraan dengan Gojek Kasih Asuransi Layanan GoSend hingga GoBox

Aplikasi Halodoc adalah salah satu startup yang bisa bertahan di tengah badai ekonomi efek dari penyebaran virus Corona. Hal ini dikarenakan, banyak masyarakat yang fokus pada kesehatan mereka.

“Dalam fitur Chat with Doctor, diketahui jika konsultasi meningkat drastis, termasuk terkait kesehatan jiwa,” ujarnya dalam webinar Forum Wartawan Teknologi, dikutip Rabu 2 September 2020.

Mengalami Trauma Hubungan Asmara? Kenali Tanda-tanda dan Cara Menyembuhkannya

Untuk mempermudah melayani pelanggan, Halodoc menggandeng Gojek. Startup di bidang kesehatan itu mengakui, jika bisnisnya melakukan pivot dengan cepat. Semua orang ingin lebih sehat, dan mereka memudahkan serta mendekatkan layanan kesehatan ke masyarakat.

“Secara average global, terdapat 14 dokter per 10 ribu populasi. Indonesia di 3,8. Situasi ini ditambah lagi dengan penyebaran dokter yang tidak merata. Ketika COVID-19 mulai terkonfirmasi di Maret, kami langsung pivot. Gimana caranya mendukung Indonesia dengan melakukan tes COVID-19 sebanyak mungkin,” tuturnya.

Apa Itu Gurita Bisnis? Menyelami Konsep Bisnis Multidimensi

Baca juga: NASA Mau Menaklukkan Asteroid

Chief of Corporate Affairs Gojek, Nila Marita menjelaskan bahwa memiliki komitmen jangka panjang untuk mendorong agar UMKM terus bertumbuh, walaupun di tengah pandemi. Selain itu, Gojek juga fokus ke area di mana mereka bisa saling bekerja sama, salah satunya dengan HaloDoc.

“Model bisnis kami adalah on demand application. Sehingga, kami membangun bisnis secara strategis dan berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada satu layanan,” ungkap Nila.

Vice President of Investment East Ventures, Devina Halim mengungkapkan bahwa optimisme untuk bisa bertahan adalah salah satu kunci, agar startup tidak jatuh lebih dalam ke lumpur pandemi.

"Juni lalu waktu peak, kami mulai melakukan round call ke 160 startup. Tujuannya untuk mengetahui mindset para founder, lalu seberapa banyak cash yang mereka punya. Kami harus tahu posisi financial mereka, termasuk cost cutting strategy," jelasnya.

“Kemampuan untuk beradaptasi cepat dengan situasi inilah, yang menjadi salah satu competitive advantage kami untuk dapat terus memelihara keberlangsungan bisnis di masa pandemi,” kata Nila menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya