Ada Simbiosis Mutualisme antara UMKM, E-Commerce, dan Media Sosial
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Di masa pandemi Virus Corona COVID-19, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia dan Asia Tenggara sudah dapat beradaptasi dengan keadaan, atau yang disebut new normal. Mereka memanfaatkan media digital dan mengubah strategi pemasaran serta produksi untuk mendongkrak penjualan.
Komisaris Utama SEA Group, Pandu P Sjahrir menjelaskan, pemanfaatan digital menjadi salah satu cara UMKM mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dari hasil riset yang dilakukan Sea Insights, sebanyak 70 persen pelaku UMKM mengaku akan terus memanfaatkan e-commerce dan media sosial untuk berjualan dan berbelanja.
"Studi Data Digitalisasi Selamatkan UMKM Indonesia memberi pengertian yang mendalam terhadap laju perkembangan ekonomi digital dan pemanfaatan digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia," kata dia, melalui konferensi pers virtual, Kamis, 2 Juli 2020.
Survei yang dilakukan Sea Insights terhadap 20 ribu anak muda ini juga menunjukkan ada tiga tantangan UMKM selama masa pandemi. Pertama, masalah pasokan karena adanya pembatasan sosial, bekerja di rumah, dan gangguan logistik.
Kedua adalah cashflow, yang meliputi adanya penurunan pendapatan, biaya yang meningkat, dan sulitnya meminjam modal. Terakhir adalah permintaan, di mana meliputi meningkatnya pengangguran, ekonomi melemah, dan ketidakpastian pasar.
"Pelaku usaha yang bekerja dari rumah ternyata memiliki hambatan biaya internet yang mahal dan tidak stabil. Mereka juga merasa perlu berinteraksi fisik alias bertemu langsung. Selain itu bantuan pemerintah dan pinjaman online juga menjadi hal yang penting bagi UMKM," jelas Pandu.
Dari penelitian yang sama, Sea Insights juga menemukan bahwa pendapatan UMKM selama pandemi COVID-19 yang menggunakan e-commerce melonjak hingga 160 persen. Namun masih ada 17 persen yang belum menggunakannya.
Atas tantangan-tantangan ini, pemerintah memiliki inisiatif dalam meningkatkan akses internet melalui Satelit Palapa Ring, meningkatkan pendanaan modal, dan menyiapkan anggaran Rp34,1 triliun untuk membantu digitalisasi UMKM.
"Terobosan berikutnya pemerintah perlu memberi pelatihan bersubsidi untuk meningkatkan keterampilan, bantuan untuk mereka yang sukses mendigitalisasi bisnisnya, memberi cicilan ringan terhadap peminjaman modal dan subsidi pelatihan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan," tutur Pandu.