Pesaing Mulai Bermunculan, Bagaimana Nasib Gojek dan Grab?
- Nikkei Asian Review
VIVA – Aplikasi transportasi online Gojek dan Grab pelan-pelan memiliki pesaing. Sebut saja Anterin, Bonceng dan FastGo. Nama terakhir merupakan transportasi online yang berasal dari Vietnam yang rencananya akan masuk pasar Indonesia akhir tahun ini.
Menurut Senior Economic Researcher Southeast Strategics, Lionel Priyadi, pemain di industri transportasi online masih memiliki potensi untuk berkembang ke depannya.
"Kalau dilihat dari pasar, masih banyak kota-kota di Indonesia yang belum terjangkau. Artinya, bisnis masih mendominasi Jabodetabek," kata dia di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa, 23 Juli 2019.
Lionel mengingatkan bahwa potensi besar masih terdapat di daerah. Potensi ini juga tergantung dari bagaimana kota-kota di Tanah Air berkembang. Ia pun mendorong ekspansi Gojek dan Grab supaya berekspansi ke daerah.
Lionel mencontohkan untuk pasar Jakarta, tentu potensinya 10 kali lipat lebih besar dibandingkan Surabaya. "Tapi melihat pemain yang sudah ada, tidak ada salahnya mencoba di Surabaya," ungkapnya.
Sementara, untuk kota-kota yang lebih kecil, Lionel menjelaskan ada kemungkinan bisa berkembang lebih cepat, dan bahkan pesat. Ia lalu menggarisbawahi bahwa kesempatan ini juga berlaku untuk pemain baru.
Layanan transportasi online Anterin resmi mengaspal di Jakarta pada 16 Agustus 2018. President and Chief Executive Officer Anterin, Imron Hamzah, mengklaim jika layanannya bisa menghasilkan keuntungan besar bagi warga, sebutan lain dari mitra pengemudi atau driver.
“Anterin berbeda dengan ojek online lainnya. Jika kompetitor lebih menggunakan sistem penetapan harga, di sini driver bisa menentukan harganya sendiri. Konsumen juga bisa memilih driver berdasarkan preferensi, harga, rating, jarak kedekatan ataupun gender,” kata Imron.
Nama Anterin sempat bergaung kencang seiring meredupnya nama besar Uber, dan digadang-gadang jadi penjegal duet Gojek dan Grab. Selanjutnya Bonceng yang resmi diperkenalkan pada 10 November 2018.
Aplikasi ini disebut memiliki sistem yang berbeda dibanding dengan pendahulunya, mereka memberi hak penuh untuk pengemudi asalkan sudah memenuhi syarat untuk bisa online.
Bonceng mengklaim tidak akan memotong pendapatan driver, dan sepenuhnya hasil menjadi milik mereka. Lalu letak perbedaannya juga berada di tarif, di mana mereka tidak lagi menggunakan jarak, melainkan berdasarkan radius jarak yang dikelompokan dan dimasukkan ke dalam harga yang sudah dibulatkan.
Harga yang ditawarkan mulai dari Rp5 ribu. Terakhir FastGo. Pendiri dan Kepala Eksekutif FastGo, Ngunyen Huu Tuat, mengatakan ingin meraih pangsa pasar di Indonesia sebesar 30 persen. Indonesia dipilih karena memiliki pangsa pasar yang besar, selain itu mereka mengaku sudah memiliki mitra yang strategis.
Di Vietnam dan Myanmar mereka telah memiliki 60 ribu taksi dan mitra pengendara roda dua di 10 provinsi. Tidak hanya itu, mereka juga telah merilis layanan premium di Vietnam, ialah kendaraan helikopter yang mereka sebut dengan FastSky.